LINTASBALI.COM – Mampu tetap eksis di tengah pandemi COVID-19 adalah luar biasa. Kuncinya adalah pintar memanfaatkan peluang dan melakukan inovasi.
Hal tersebut disampaikan I Made Andika Putra, pemilik Pagi Motley, perusahaan pencelupan dan pewarnaan dari bahan-bahan alam di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng Bali saat di kunjungi rombongan media Cetak dan Online.
“Pagi Motley mulai beroperasi per 15 Agustus 2019, bergerak di bidang tekstil khususnya pencelupan warna alam, namun lebih menonjolkan melukis dengan pewarna alam,” kata Made Andika, Jumat (8/10/2021).
Ia mengatakan, pewarnaan ramah lingkungan ini menjadi magnet tersendiri bagi usahanya karena justru pewarna alam ini lebih diminati orang asing.
Mulai dari proses mengekstrak warna yang dibuat dari bahan-bahan alami dengan sistem maserasi adalah pola perendaman dengan menggunakan bahan-bahan organik untuk mengeluarkan kandungan warna pada bahannya.
“Kami memiliki tempat pencelupan kain dan juga tempat pengeringannya yang dikerjakan secara manual,” imbuh Andika.
Menurutnya, Pagi Motley memfokuskan pada pewarnaan alami. Contohnya memproduksi warna kuning dari daun mangga, warna hijau dari daun ketapang, warna merah dari kayu secang dan warna cokelat dari serabut kelapa.
Pihaknya mengatakan seluruh bahan alami dari dedaunan dapat dijadikan pewarna. Namun, saat ini dirinya fokus pada daun yang memang digunakan untuk pakan ternak atau pembungkus pangan yang tersisa.
Disisi lain Pandemi Covid-19 membawa dampak pada semua bidang usaha, namun Maret 2020 lalu, saat wabah pertama kali menginfeksi warga negara Indonesia, ia justru menambah karyawan karena produksinya meningkat.
Usaha yang baru dimulai belum genap setahun itu, ia awali dengan menjaga kepercayaan customer. Data customer ia pegang dengan baik. Ada sekitar 20 customer loyalnya yang sudah bekerja sama dengannya. Paling tidak satu customer memesan 100 meter kain dengan pewarnaan alami di tempatnya.
Selain itu ada beberapa orderan dari Korea yang memiliki toko baju yoga disana, mengingat dampak Covid-19 di Korea tidak terlalu signifikan terhadap ekonomi. Customer ini juga menjarit di salah satu garmen di Denpasar, hingga membuat garmen tersebut kewalahan.
Made Andika menyampaikan saat pandemi ini harus pintar berinovasi, agar tetap eksis. Apapun jenis usahanya, jika mampu memanfaatkan peluang akan tetap eksis dan bertahan.
Salah satunya dengan branding dan penjualan melalui online. Andika memanfaatkan sosial media seperti instagram dan facebook untuk melakukan branding dan menceritakan tentang kegiatan Pagi Motley.
Kini hampir 50 persen penjualannya melalui sosial media. Setiap tamu yang datang ke studionya, melakukan foto maupun swafoto diunggah di sosial media dan menandai instagramnya. Followernya pun kemungkinan akan bertambah dari tamu yang mengunjunginya.
“Setiap posting harus berbeda. Kalau saya lebih banyak menceritakan tentang proses produksi. Jadi buat konten-konten yang menarik atau bisa juga mengambil tema budaya dan dibungkus dengan produk kita,” jelasnya. (Tim)