Seputar Bali

Arya Wang Bang Pinatih Gelar Pelatihan Kepemangkuan Sangging

DENPASAR, lintasbali.com – Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih (PW-AWBP) Provinsi Bali/Pusat menyelenggarakan “Brahma Widya Dharmaning Sangging” atau Pelatihan Pengetahuan Tentang Kepemangkuan Sangging/sebagai Sangging pada hari Sabtu, 17 Desember 2022 bertempat di Golden Tulip Essentials Denpasar.

Pelatihan Brahma Widya Dharmaning Sangging Warga Arya Wang Bang Pinatih se-Nusantara mengambil tema “Melalui Brahma Widya Dharmaning, Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Arya Wang Bang Pinatih dan Pelayanan para Sangging kepada Masyarakat,” menghadirkan Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih selaku Ketua Dharma Upapati PW-AWBP Bali/Pusat dari Griya Agung Penatih Padangsambian, Denpasar Barat didampingi Ida Rsi Agung Putra Sidhimantra Manuaba Griya Mumbak Kerobokan Badung, Ida Rsi Agung Bija Pinatih Griya Kesambi Kerobokan Badung.

Pembukaan Brahma Widya Dharmaning Sangging dihadiri langsung oleh Ketua Umum Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih Provinsi Bali/Pusat I Gusti Ngurah Jaya Negara. Hadir pula Ketua Harian Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih (PW-AWBP) Bali/Pusat Nyoman Swastika dan Sekretaris Umum PW-AWBP Bali/Pusat Wayan Sudiarta.

Ketua Umum Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih Provinsi Bali/Pusat I Gusti Ngurah Jaya Negara (tengah), Ketua Harian Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih (PW-AWBP) Bali/Pusat Nyoman Swastika dan Sekretaris Umum PW-AWBP Bali/Pusat Wayan Sudiarta.

Dalam kesempatan tersebut dipaparkan mengenai Teologi Dharmaning Sangging & memperkenalkan alat/piranti Sangging beserta Tattwa-nya (filosofinya) serta Kadiatmikan, Pasuk Wetu, Gegelaran Pemangku Sangging oleh Narasumber Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih.

“Sangging adalah bagian dari pemangku. Pemangku itu adalah pe pascat, mang aksara Widhi, ku ngukuhin, pastika pascat ngukuhin aksara Widhi. Tentunya di sini, ngukuhin aksara Widhi pada Sangging. Sangging adalah orang vokasi, orang analis, orang praktisi di bidang natah. Natah itu adalah metatah, menata giginya, dan sangih, menyangih, mepertajam, ngelandepin kayun, ngelandepin idep supaya dia menjadi suputra ke depan,” kata Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih.

BACA JUGA:  Poltek G2 Singaraja, Kerja Dulu Baru Sarjana

Ditempat yang sama, Ida Rsi yang didampingi Ida Rsi Agung Putra Sidhimantra Manuaba Griya Mumbak Kerobokan Badung, Ida Rsi Agung Bija Pinatih Griya Kesambi Kerobokan Badung ini juga menyampaikan terkait upacara metatah, mesangih dan mepandes merupakan satu kesatuan namun ada sedikit perbedaan pada tattwa-nya (filosofi).

“Mepandes jadi ditandes pande. Pande nika seorang yang bisa menata gigi, jadi Sangging yang menata gigi dengan baik. Tentunya ada filsafat tattwa-nya. Yakni di mana untuk metatah ini adalah bagian dari menghilangkan Sad Ripu (enam musuh dalam diri) dan Sapta Timira (tujuh unsur kegelapan pada diri manusia-red). Dalam metatah ini ada konsep akil baligh (menek kelih, munggah deha Raja Sewala-red). Konsep dari rare menjadi dewasa. Umur 14 tahun sudah boleh ditatah, atau setelah menstruation untuk wanita, untuk laki adalah gaung suaranya, tapi sebelumnya ada Ngekeb atau Raja Sewala, Raja Singa,” pungkas Ida Rsi.

Sementara itu, Ketua Umum Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih (PW-AWBP) Provinsi Bali/Pusat I Gusti Ngurah Jaya Negara saat ditemui usai kegiatan menyampaikan Paiketan Arya Wang Bang Pinatih Provinsi Bali memiliki banyak kegiatan salah satunya pelatihan pemangku, pelatihan sangging dan juga untuk kesulinggihan.

“Kami di paiketan sebenarnya sudah berjalan 15 tahun yang lalu, nah karena kondisi keterbatasan anggaran, ini baru hingga hari bisa melaksanakan pelatihan sangging. Kebetulan dibantu oleh Pak Ketua Harian, beliau memberikan tempat dan sarana pendukung dan murni ini kegiatannya secara gotong-royong karena ini dari kita untuk kita, dari semeton untuk semeton,” kata Jaya Negara yang juga Walikota Denpasar ini.

Dirinya berharap dengan hasil pelatihan ini, semeton Arya Wang Bang Pinatih itu harus mendharmabhaktikan tidak hanya kepada semeton AWBP, kepada umat sedharma yang tidak hanya ada di Bali, namun juga ada paiketan di DKI (Jakarta), di NTB ada, di Sulawesi Utara juga ada.

BACA JUGA:  Jelang Idul Adha, AP I Ngurah Rai Prediksi Layani 300 Ribu Penumpang

“Nanti harapan kami, walaupun kita melakukan pelatihan ke-sanggingan ini di paiketan, nanti dia bisa mengabdikan dirinya untuk umat Hindu di Nusantara,” imbuh Jaya Negara.

“Karena tuntutan, sekarang ini kan banyak ada pola-pola, karena tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, di samping tuntutan waktu, ini kan banyak masyarakat sekarang melakukan upacara Metatah Massal. Nah, kalau Metatah Massal itu pasti membutuhkan orang banyak. Kalau kami aja di Paiketan Pinatih, itu ada 834 Dadia, bayangkan itu, kalau itu dihitung jumlah penduduknya banyak sekali,” pungkasnya. (AR/LB)

Post ADS 1