Lintasbali.com– Mengawali tahun 2020, PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali merilis data statistik Lalu Lintas Angkutan Udara (LLAU) tahun operasional 2019. Data yang dirilis pada Senin (06/01) tersebut mencakup jumlah pergerakan pesawat udara serta jumlah penumpang selama periode pencatatan di 12 bulan berjalan di tahun 2019.
Selama pencatatan di tahun 2019 lalu, tercatat sebanyak 155 ribu pergerakan pesawat udara serta 24 juta penumpang keluar masuk Bali melalui jalur udara.
Untuk angka pergerakan pesawat udara, dengan catatan sejumlah 155.334 pergerakan di tahun 2019, jika dibandingkan dengan pencatatan di tahun 2018 dengan 162.623 pergerakan, maka terdapat penurunan jumlah pergerakan pesawat udara sebanyak 7.289 pergerakan, atau turun sebesar 4%.
Sedangkan untuk jumlah penumpang, dengan total 24.169.561 penumpang yang terlayani di tahun 2019, maka terdapat pertumbuhan sebesar 390.383 penumpang, atau naik 2% jika dibanding dengan catatan di tahun 2018.
“Mewakili manajemen, kami sangat bersyukur dapat mempertahankan capaian di tahun lalu, bahkan melebihi. Untuk catatan jumlah penumpang, kami sangat bersyukur, karena di saat banyak bandar udara lain yang mengalami penurunan jumlah penumpang, catatan kami masih menunjukkan trend positif di tahun 2019 lalu.
Kami juga mengucapkan terima kasih, serta apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh instansi komunitas bandar udara atas sinergi yang terjalin sangat baik di tahun lalu,” ujar General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali, Herry A.Y. Sikado.
Dari total 24 juta penumpang, rute internasional kembali mengungguli rute domestik. Dengan perbandingan 13,89 juta penumpang dari rute internasional berbanding 10,28 juta penumpang dari rute domestik, proporsi perbandingan jumlah penumpang di tahun 2019 adalah 57% berbanding 43%.
“Pembagian proporsi penumpang berdasarkan rute di tahun 2019 ini mengulangi catatan di tahun 2018 lalu, di mana proporsinya adalah 57% untuk penumpang rute internasional, serta 43% untuk rute domestik. Catatan ini kembali menegaskan bahwa daya tarik Bali tetap kuat,” lanjut Herry.
“Sedikit menoleh ke belakang selama satu tahun ke belakang, satu hal lagi yang menjadi indikator adalah dibukanya berbagai rute baru oleh beberapa maskapai penerbangan. Kami mencatat ada 5 maskapai yang membuka rute baru di tahun lalu.
Di bulan Mei, kami menyambut penerbangan perdana maskapai berbiaya rendah asal Vietnam, VietJet Air, yang membuka rute baru yang menghubungkan Ho Chi Minh City dengan Bali. Rute ini semakin ramai dengan masuknya maskapai pembawa bendera Vietnam, Vietnam Airlines, yang juga melayani rute penerbangan yang sama mulai dari bulan Oktober.
Di bulan Juli, Bali mulai terhubung dengan salah satu kota besar di kawasan Eurasia, yaitu Istanbul, dengan dibukanya rute Istanbul-Bali oleh Turkish Airlines, salah satu pemain besar di dunia penerbangan. Sebulan kemudian, Malindo Air resmi memperkaya pilihan maskapai penerbangan yang menghubungkan Sydney dengan Bali.
Tak ketinggalan, Citilink, mulai bulan Oktober lalu, resmi menghubungkan ibukota negara bagian Australia Barat, Perth, dengan Bali. Hal ini tentunya menjadi indikator bahwa daya tarik Bali bagi para wisatawan serta bagi maskapai penerbangan semakin kuat,” terangnya.
Catatan jumlah penumpang selama tahun 2019 tersebut juga semakin menegaskan tingkat pertumbuhan penumpang selama 5 tahun terakhir. Selama 5 tahun terakhir, tercatat jumlah penumpang yang terlayani secara konstan terus mengalami pertumbuhan.
Tingkat pertumbuhan tertinggi dialami pada tahun 2016, di mana terdapat pertumbuhan sebesar 2,87 juta penumpang atau tumbuh sebesar 16,8% dari tahun 2015. Jika dirata-rata, tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan selama 5 tahun terakhir mencapai 9%.
“Selama 5 tahun terakhir kami mencatatkan tingkat pertumbuhan yang stabil. Nah, daya tampung maksimal bandar udara ini mencapai 24 juta penumpang, di mana sudah tercapai di tahun 2019 lalu.
Dengan proyeksi wisatawan baik domestik dan mancanegara yang akan terus datang ke Bali ke depannya, kami telah melakukan berbagai kajian terkait rencana pengembangan bandar udara ke depan. Saat ini, kami sedang dalam tahapan penyusunan masterplan pengembangan bandar udara yang nantinya dapat mencapai daya tampung maksimum di angka 37,6 juta penumpang di tahun 2026. Inilah kapasitas maksimum yang dapat dilayani nantinya,” ujar Herry secara detail.
“Untuk saat ini, kami telah merampungkan infrastruktur di area sisi udara yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas runway dalam melayani pergerakan pesawat per jamnya, namanya Rapid Exit Taxiway (RET).
Di akhir bulan Januari nanti, infrastuktur ini akan telah dapat digunakan. Saat ini, daya tampung maksimum runway kami itu mencapai 32 pergerakan per jamnya. Dengan berfungsinya RET, maka daya tampung runway setiap jamnya akan dapat bertambah, yang tentunya dapat semakin mempercepat pergerakan pesawat di area sisi udara,” tutup Herry.