DENPASAR, lintasbali.com – Belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, hari suci Nyepi tahun 2024 sebagai pergantian tahun baru Caka 1946 diharapkan dapat berjalan lebih khidmat dan damai. Sebagaimana diketahui kejadian tahun lalu seperti turis asing yang menginap dan beraktifitas di salah satu pantai di Bali menjadi viral di media sosial.
Hal tersebut disampaikan Ketut Swabawa Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Association of Hospitality Leaders Indonesia (DPP AHLI), saat ditemui di Denpasar pada Selasa, 5 Maret 2024. Ia mengajak seluruh elemen untuk bersama-sama melakukan sosialisasi bagi wisatawan yang tengah berlibur di Bali.
“Bali ini kan tumpuan utama ekonominya adalah pariwisata, jadi harus diatensi oleh semua pihak bahwa perayaan Nyepi sebagai tradisi dan budaya kita di Bali jangan sampai dinodai oleh kegiatan pariwisata itu sendiri,” kata Swabawa, yang juga Direktur Program LEAD.
Dirinya berpendapat bahwa hotel dan jenis penginapan lainnya sejak dahulu sudah melakukan sosialisasi tentang perayaan Nyepi bagi wisatawan yang menginap.
“Masalahnya jika kita melihat kondisi saat ini dimana trend berwisata semakin dinamis ya, turis booking kamar sendiri via online dan selama di destinasi banyak juga yang berpindah-pindah. Menggunakan kendaraan sendiri dengan menyewa, khususnya sepeda motor. Turis yang tidak terdeteksi karena own arrangement tersebut yang berpeluang seenaknya seperti tidur di pantai atau tempat-tempat umum,” imbuhnya.
Antisipasi yang dapat diupayakan menurutnya adalah menguatkan peran lembaga adat atau otoritas kewilayahan melakukan sosialisasi dan tindakan preventif.
“Guesthouse atau homestay milik perseorangan di masyarakat atau kawasan wisata dihimbau agar menginformasikan kepada tamunya tentang Nyepi. Petugas keamanan dalam hal ini pecalang menyiapkan patroli sekaligus teknik menertibkan bagi pelanggar agar tidak terjadi perselisihan. Terpenting juga di pintu masuk utama wisatawan ke Bali yakni bandara dan pelabuhan agar diisi pemberitahuan yang jelas dan cukup besar seperti media baliho berisi informasi tentang Catur Brata Penyepian,” paparnya.
Hal tersebut patut menjadi atensi semua pihak mengingat persaingan destinasi di Indonesia semakin ketat seiring program pemerintah pusat terfokus pada pembangunan destinasi pariwisata super prioritas. Fasilitas, produk dan infrastruktur di kawasan tersebut semakin dikembangkan menjadi lebih maju.
“Konsep kita di Bali adalah pariwisata budaya, ini yang menjadi competitive advantage kita. Turis tidak dapat menemukan budaya Bali yang otentik dan original di daerah lain. Taksu budaya Bali ini harus kita hormati dan jaga. Termasuk Nyepi yang selain kegiatan ritual tradisi kearifan lokal kita, merupakan momentum sangat langka di dunia dimana segala aktifitas terhenti selama 24 jam termasuk bandara juga tidak ada aktifitas sama sekali. Ini tidak ada di tempat lainnya di semua belahan dunia. Dan dunia sangat respect pada tradisi itu sebagai upaya pelestarian lingkungan menuju sustainability,” pungkas Swabawa. (Red/Ari)