Badung, Lintasbali.com – Film Kajeng Kliwon menceritakan Agni (Amanda Manoppo), seorang dokter muda asli Bali. Ia akan menikahi kekasihnya, Nicho (Chris Laurent) seorang fotografer dari Jakarta. Mereka mempersiapkan pernikahan dengan bahagia, meskipun sering terjadi konflik kecil. Hingga tiba malam Kajeng Kliwon, malam di mana makhluk mistik masuk ke dunia manusia. Kebahagiaan mereka diusik oleh kemunculan makhluk mistik, Rangda. Diawali dengan sebuah kejadian pembunuhan, perlahan ia mengancam jiwa Agni dan Nicho. Agni pun memiliki garis keturunan pengleak, hal itu membuat banyaknya kejadian mistis yang menghantui hubungan asmara mereka. Cinta mereka semakin diuji oleh kehadiran Wijaya, seorang pemuda asli Bali yang terus mempengaruhi Agni untuk tidak menikahi Nico melainkan menikah dengan pemuda Bali asli. Sukma Nico pun dibawa oleh Rangda.
Kajeng Kliwon sendiri merupakan upacara memberikan korban suci sebagai persembahan kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta seluruh manifestasinya. Persembahan itu dilakukan dengan kepercayaan bahwa sang dewa akan melindungi segenap manusia dan memberi kesejahteraan bagi yang mengikuti upacara. Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa upacara Kajeng Kliwon begitu suci sehingga dianggap keramat. Dalam film ini juga muncul sosok Rangda. Rangda sendiri adalah ratu dari para leak dalam mitologi Bali. Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil serta memimpin pasukan nenek sihir jahat melawan Barong, yang merupakan simbol kekuatan baik.
Film Kajeng Kliwon ini dibintangi oleh Amanda Manopo, Christ Laurent, Vincent Andrianto, Muthia datau, Indah Kalalo, Cathrine Wilson, Egi fedly, Weda Nanda, Deva Wisesa, dan Atikah Suheimi. Tayang di bioskop mulai 13 Februari 2020.
Hal ini disampaikan saat Presconference yang dilaksanakan di salah satu Cafe di kawasan Sunsetroad Kuta Badung Bali, Rabu (12/2) yang dihadiri puluhan media cetak dan elektronik di Bali. Watin, selaku produser mengatakan pengalaman ini merupakan pengalaman pertama yang menyenangkan dan menantang. “Kita mengambil lokasi pengambilan gambar di daerah Singaraja, Ubud, Tabanan dan Denpasar kurang lebih selama 4 bulan,” kata Watin saat jumpa pers.
Film besutan sutradara Bambang Dias menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang tidak ingin menurunkan ilmu hitam yang di bali dikenal dengan ilmu leak kepada anaknya. “Film ini lebih fokus menceritakan seorang Ibu yang tidak ingin meneruskan dan menurunkan ilmu leak kepada anaknya,” ujar Bambang Dias kepada media.
Bambang menjelaskan Film horor tidak semuanya harus seram. Film ini juga dibumbui seperti ada percintaan yang memunculkan konflik. Sedikit berbau romantika anak muda dan di tambah soundtrak lagu melo. Ide cerita ini adalah fakta apa yang ada di Bali jadi tidak semua fiksi. “Untuk promosikan film yang akan tayang serentak jadi kami melakukan road show dibeberapa kota seperti di Bali, Lombok, Surabaya, Solo, Jogja, Lampung dan Medan,” pungkas Bambang. (Red/LB/Desi)