Destinasi News Seputar Bali

K. SWABAWA : UBUD DIBUKA, OPTIMISME MENINGKAT

Denpasar, Lintasbali.com – Kamis, 5 November 2020 destinasi tujuan wisata (DTW) Mandala Wisata Wenara Wana atau yang lebih dikenal dengan nama Ubud Monkey Forest Sanctuary resmi dibuka kembali. Sebagai salah satu destinasi utama di Bali, hal tersebut tentunya disambut baik oleh para pelaku pariwisata di Bali dalam menyongsong kebangkitan kembali pariwisata Bali.

Dihubungi via telpon, I Ketut Swabawa seorang praktisi dan juga akademisi kepariwisataan di Bali menyampaikan bahwa pembukaan kembali DTW Ubud Monkey Forest dapat menjadi stimulus semangat rekan-rekan untuk semakin optimis dalam menyiapkan usaha pariwisatanya di era adaptasi kebiasaan baru.

K. Swabawa, CHA

Swabawa menyampaikan, Ubud merupakan destinasi berkelas dunia yang sangat unik, dengan kunjungan yang didominasi turis mancanegara selama bertahun-tahun namun disisi lain, kehidupan berbudaya dan pelestarian tradisi masyarakat setempat sangat kuat di tengah riuhnya industri pariwisata.

Selama 8 bulan lebih Ubud sama seperti destinasi lainnya seperti tidur secara industri dalam pandemi ini, namun suasana kegiatan adat dan tradisi warga tidak pernah padam. Dan didukung dengan usaha pariwisata tipe homestay yang jumlahnya ratusan unit adalah sebagai modal utama juga bahwa penjaga Ubud ini adalah warga lokal itu sendiri. Itu karena pemiliknya tinggal di sana, berusaha di sana dan juga bermasyarakat di sana.

“Jadi walau industrinya sepi, kehidupan bermasyarakat adalah wajah Ubud itu sendiri ; seni – budaya – tradisi. “ kata pria yang tinggal di Denpasar dan belakangan ini lebih banyak beraktifitas sebagai narasumber dan trainer di tengah lesunya bisnis perhotelan yang biasa dilakukannya.

Menurutnya juga bahwa dengan predikat dan karakter yang dimiliki Ubud, destinasi ini akan selalu dan tetap diminati. Selain secara destinasi pernah sebagai destinasi terfavorit di dunia, predikat hotel terbaik dunia juga beberapa kali diraih oleh hotel-hotel di Ubud.

BACA JUGA:  Bangkitkan Pariwisata Bali, UHA Jalin Sinergi dengan BBTF

Selain itu, saat ini Ubud sebagai destinasi sudah mampu menjadi motor penggerak destinasi sekitarnya seperti Sukawati, Payangan, Tegallalang dan lainnya. Jadi Ubud ini menjadi inspirasi pertumbuhan desa atau kecamatan di sekitarnya, artinya produk wisata Ubud ini semakin berkembang baik dari jenis usaha, kelas usaha hingga lokasi yang memiliki variasi lebih banyak.

Era adaptasi kebiasaan baru yang mengedepankan standar CHSE dan protokol kesehatan tentunya mudah direspon oleh pelaku usaha di sana karena pilihan produk sangat banyak sehingga tidak mengkhawatirkan bagi wisatawan ketika harus memilih produk atau akomodasi yang bagaimana atau dimana.

“Low risk covid destination kan jadi pertimbangan utama bagi traveller, maka Ubud sangat siap akan itu, seperti halnya lokasi resort kami di Sebatu ini juga kedepannya bisa menjadi pilihan di sekitar Ubud,” tambah GM untuk pre-opening Stanagiri Luxury Retreat ini.

Walaupun saat ini wisatawan yang baru datang dari kalangan domestik, Swabawa yakin bahwa setiap wisatawan yang datang walaupun domestik pasti akan mengunjungi Ubud selama berlibur ke Bali.

Dijelaskannya bahwa selain menginap di Ubud, hampir 90% tamu yang berkunjung ke Bali terutama first visitor walau menginap di Kuta atau Sanur dan Nusa Dua dipastikan sempat sight seeing atau tour ke Ubud.

Apalagi di era digital atau revolusi industri dimana instaphoto menjadi atribut bagi travellers dan juga berjejaring di media sosial membuat traveller menjadikan posting di medsos adalah hal yang wajib.

Ubud banyak punya tempat yang unik, indah serta memorable yang wajib untuk dijadikan postingan di medsos, bahkan sekarang sudah semakin merambah dari segi aktifitas yang dulunya hanya Balinese dance atau cooking atau yoga in Ubud, sekarang sudah sering ada postingan Ngopi di Ubud.

BACA JUGA:  PT Pegadaian Beri Bantuan Sembako ke Masyarakat sekitar Otlet

Artinya nomad tourism dan juga digital tourism ini juga bisa dilakukan di Ubud, wisatawan akan bangga juga dengan menikmati pengalaman lagi ngopi sambil ngobrol di Ubud, kota seni sekaligus kampung internasional.

“Terakhir saya banyak lihat para expat yang tinggal di Ubud sambil bekerja secara online. Ini bukti bahwa Ubud adalah tempat yang nyaman dalam segala hal, termasuk bekerja selain berlibur,” kata Swabawa.

Ditanya tentang kiat yang harus dilakukan untuk kebangkitan Ubud kembali, Sekjen MASATA Bali ini menjelaskan bahwa soliditas pelaku usaha bersinergi dengan masyarakat harus menjadi jiwa bersama.

“Rekan-rekan di Ubud memiliki soliditas yang tinggi dalam memikirkan destinasi, saya salut pada beliau-beliau disana termasuk merespon situasi saat ini. Rekan-rekan dari PHRI, UHA, UHSA bersama berbagai lapisan masyarakat saling bahu membahu, seperti dalam pembukaan kembali DTW Monkey Forest kemarin semua mendukung kegiatan funwalk untuk memeriahkan sekaligus kegembiraan dibukanya kembali destinasi,” papar Swabawa.

Sekarang ini dana hibah pariwisata dari pemerintah pusat telah dikucurkan, jadi harus dialokasikan secara tepat untuk membangun kembali kepercayaan public bahwa Ubud selalu menjadi destinasi terbaik. “Standar CHSE harus konsisten diterapkan oleh pelaku usaha termasuk dalam monitoring dari pihak berwenang, masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan dan terakhir tunjukkan kualitas layanan prima yang dulu sering kita promosikan di Ubud sebagai genuine Balinese hospitality,” pungkas Swabawa. (Sw)

Post ADS 1