News Pendidikan Seputar Bali

Arya Astina : Wajah Baru Lembaga Pendidikan

DENPASAR, lintasbali.com – Ketika tahun lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Covid-19 sebagai sebuah pandemi, saat itu seluruh warga dunia ditantang untuk hidup dengan tatanan hidup baru. Tatanan hidup baru dengan physical/social distancing, hygiene dan sanitasi menjadi hal-hal yang wajib diterapkan masyarakat di seluruh belahan dunia.

Hampir setahun masa pandemi ini telah kita alami. Pandemi telah membawa perubahan yang signifikan di semua sektor, termasuk sektor pendidikan. Study from home dengan pembelajaran online (daring) merupakan alternatif pembelajaran yang lahir akibat pandemi ini.

Made Arya Astina, Direktur Sekolah Perhotelan Bali

Lamanya masa pandemi ini, dan kondisi dunia yang tidak menentu ini telah memunculkan keyakinan bahwa proses pembelajaran jarak jauh dengan metode online akan menjadi permanen. Hal ini menjadi tantangan bagi pengelola lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan dituntut untuk merespon tantangan pandemi ini dengan tangkas (agile). Seluruh pengelola lembaga pendidikan dituntut untuk dapat menunjukan resiliensinya dalam menghadapi kondisi ini. Resiliensi merupakan benteng ketahanan diri untuk dapat bertahan di tengah kondisi pandemi global ini. Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi secara positif dan efektif sebagai strategi dalam menghadapi kesulitan (Reivich & Shatté, 2002).

Wajah lembaga pendidikan sungguh telah berubah akibat dari pandemi ini. Adaptasi dalam pendidikan telah melahirkan hal-hal baru. Kegiatan rutin berkumpulnya mahasiswa di dalam satu ruangan kelas untuk mendapatkan pembelajaran dari dosen mungkin akan menjadi hal yang tidak biasa lagi.

Sama halnya seperti yang kita rasakan ketika masih ada orang yang mencari taxi dengan menunggu dipinggir jalan. Begitu juga penggunaan telepon umum untuk kebutuhan komunikasi. Semua itu sudah menjadi masa lalu. Pembelajaran berbasis digital dan online sudah hadir. Pandemi telah mendistrupsi pembelajaran konvensional atau traditional learning dengan memaksa hadirnya teknologi digital lebih cepat.

BACA JUGA:  Hari Pertama PSBB, 106 orang Positif Covid-19

Pandemi covid-19 telah mempercepat lahirnya wajah baru lembaga pendidikan. Pandemi ini juga telah memaksa pengelola pendidikan untuk menghadirkan teknologi digital dalam pembelajaran. Perangkat digital, kuota internet, dan kebutuhan charging perangkat digital semakin dirasakan sebagai sebuah kebutuhan utama (primer), malah kadang terasa mengalahkan kebutuhan makan dan minum.

Menjadi dosen virtual merupakan tantangan yang harus dihadapi para dosen di lembaga Pendidikan tinggi. Interaksi dosen dengan mahasiswa dilakukan dalam sebuah kampus virtual yang dikemas dalam learning management system (LMS), memfasilitasi pembelajaran di ruang mengajar virtual, transformasi media ajar konvensional kedalam bentuk digital, semua ini menuntut literasi digital yang baik dari para dosen.

Budaya mengajar dalam ruang virtual sudah hadir dan bukan lagi menjadi hal yang istimewa. Bahkan, tidak sedikit dosen mendadak menjadi youtuber karena harus membuat content pembelajaran yang menarik dan mudah diakses mahasiswa dari jarak jauh.

Mahasiswa tidak lagi datang ke ruangan kelas, berkumpul, dan belajar bersama di satu tempat. Mereka bisa belajar kapanpun, dimanapun, dengan berbagai alternatif media digital yang telah tersedia. Belajar dengan cara menonton youtube channel milik dosennya dari rumah, membuat tugas dan membaca e-book (buku ajar digital) di sebuah café yang menyediakan fasilitas wifi, berdiskusi secara virtual dengan dosen dan teman secara online, mengakses materi pembelajaran secara bebas diluar jam kuliah seperti biasanya. Semua ini sudah menjadi budaya belajar mahasiswa saat ini yang sepertinya tidak mungkin dikembalikan lagi ke budaya belajar jaman dulu (sebelum pandemi).

Ruangan kelas di kampus sudah semakin jarang digunakan untuk proses pembelajaran. Tidak sedikit kampus telah mentransformasi ruangan kelas menjadi tempat untuk menunjang kegiatan pembelajaran virtual, seperti merubah ruangan kelas menjadi studio rekaman untuk pembuatan content youtube, podcast, dan virtual meeting.

BACA JUGA:  HBI Sukses Selenggarakan Arak Bali Festival 2019

Beberapa kampus sudah mulai menggunakan teknologi yang lebih canggih dalam pembelajaran, seperti Augmented Reality dan Virtual Reality. Bangunan ruangan kelas untuk belajar di kampus sudah berpindah ke ruangan belajar virtual yang bisa diakses dari jarak jauh melalui laptop, tablet, dan bahkan smartphone. Pembelajaran sudah tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.

Lembaga Pendidikan yang dapat bertahan dan menjadi pemenang dalam kondisi yang serba tidak menentu ini adalah lembaga pendidikan yang mampu menghadirkan masa depan ke hari ini.

Ditulis oleh: Made Arya Astina.
Direktur Sekolah Perhotelan Bali
Master Asesor BNSP

Post ADS 1