Business

Bali Alami Inflasi pada April 2022, ini Penyebabnya

DENPASAR, lintasbali.com – Provinsi Bali secara bulanan mengalami inflasi 1,00% (mtm), lebih tinggi dibandingkan 0,91% (mtm) pada bulan sebelumnya dan inflasi nasional sebesar 0,95% (mtm).

BACA JUGA:  Sekolah Perhotelan Bali Dukung Lahirnya Entrepreneur Bidang Usaha Pastry

Sementara secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 3,05% (yoy), meningkat dibandingkan 2,41% (yoy) pada bulan sebelumnya, namun lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 3,47% (yoy).

BACA JUGA:  HUT ke-8 Sanctoo Suites and Villas, Subali: Karyawan adalah Aset Berharga

Hal tersebut disampaikan Trisno Nugroho Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dalam keterangan resminya di Denpasar pada Rabu, 11 Mei 2022.

BACA JUGA:  Judika Duma Family Liburan di Sanctoo Suites & Villas

Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 2,43% (mtm), terutama disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara dan tarif angkutan kota yang disebabkan oleh kenaikan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

BACA JUGA:  PLN Perpanjang Program Diskon Tambah Daya “Super Merdeka” untuk UMKM dan IKM hingga 31 Desember 2020

Selanjutnya khusus angkutan udara, tekanan kenaikan harga juga disebabkan oleh pelonggaran kenaikan fuel surcharge dari Pemerintah sebesar 10% untuk mengkompensasi kenaikan harga avtur.

BACA JUGA:  Arkamara Dijiwa Ubud, Akomodasi Mewah dan Elegan Pilihan Wisatawan di Ubud

Selain itu, komoditas bensin yang terdiri dari jenis premium, pertalite, dan pertamax, juga turut menyumbang inflasi administered price akibat kenaikan harga pertamax Rp9.000 menjadi Rp12.500 per liter.

BACA JUGA:  Blibli Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia dengan Harga Perdana Rp450 per Saham

Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,37% (mtm), didorong oleh naiknya harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, tempe, dan tomat.

BACA JUGA:  Air Asia, Maskapai Ketiga Layani Rute Hongkong - Denpasar 7 Kali Seminggu

Kenaikan harga minyak goreng terutama disebabkan oleh tren kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) global dan pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan pada 16 Maret 2022, sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam lebih disebabkan kenaikan permintaan selama bulan puasa dan menjelang perayaan HBKN Idul Fitri.

BACA JUGA:  Berikut Besaran Tarif Tenaga Listrik mulai Januari - Maret 2023

Sementara laju inflasi volatile food tertahan oleh penurunan harga cabai rawit sejalan dengan peningkatan pasokan karena telah memasuki panen raya, terutama pada wilayah Bangli, Tabanan, dan Karangasem.

BACA JUGA:  Homestay di Desa Wisata Sebagai Media Edukasi Kearifan Lokal Bagi Wisatawan

Kelompok core inflation mencatatkan inflasi sebesar 0,32% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah sabun detergen bubuk/cair, sabun mandi, sabun cuci cair/cuci piring, kue kering berminyak, dan mobil.

BACA JUGA:  Dermaster Indonesia Luncurkan Treatment "Hyaprof Face Filler dan Hyacorp Body Filler"

Peningkatan harga beragam jenis sabun sejalan dengan meningkatnya harga CPO yang menjadi bahan baku utama pembuatan sabun. Sementara naiknya harga kue kering sejalan dengan kenaikan permintaan untuk perayaan HBKN Idul Fitri.

BACA JUGA:  Blibli Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia dengan Harga Perdana Rp450 per Saham

Sementara kenaikan harga mobil pada April 2022 disebabkan oleh kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% dan pengurangan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dari 100% menjadi 66,66% per 1 April 2022.

BACA JUGA:  Arkamara Dijiwa Ubud, Akomodasi Mewah dan Elegan Pilihan Wisatawan di Ubud

Pada Mei 2022, tekanan inflasi diprakirakan berasal dari kelompok administered prices sejalan dengan risiko berlanjutnya peningkatan tarif angkutan udara selama libur HBKN Idul Fitri dan potensi terjadinya second round effect dari naiknya harga bahan bakar pertamax.

BACA JUGA:  Homestay di Desa Wisata Sebagai Media Edukasi Kearifan Lokal Bagi Wisatawan

Namun demikian, kembali normalnya permintaan pasca Idul Fitri diprakirakan menahan laju inflasi yang lebih tinggi pada Mei 2022. Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan senantiasa melakukan monitoring harga dan memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok untuk menjaga stabilitas inflasi di Provinsi Bali. (LB)

Post ADS 1