Denpasar, Lintasbali.com – Masa liburan merupakan waktu yang tepat untuk meraih target revenue khususnya bisnis kepariwisataan di Bali. Dalam praktek sebaiknya pelaku pariwisata agar senantiasa mempertimbangkan berbagai aspek agar promosi yang dilakukan memiliki makna dan manfaat yang tepat untuk semua pihak antara lain bagi perusahaan, konsumen dan masyarakat sekitarnya. Khususnya di Bali dimana terdapat berbagai ragam keunikan dalam banyak hal seperti alam, budaya, tradisi, keramahan masyarakat dan sebagainya. Demikian disampaikan Ketut Swabawa, CHA, Wakil Ketua IHGMA Bali saat ditemui diruang kerjanya.
Berbicara mengenai Pariwisata tidak akan pernah habisnya. Terjun langsung di dunia Pariwisata, Swabawa sangat menyukai buku karya James R. Abbey yang berjudul “Hospitality Sales and Marketing” (6th edition, 2014) menulis bahwa marketing seeks out demand, identifies the products and services that will satisfy demand and then employs strategic sales and advertising techniques to reach customers.
Swabawa mengartikan bidang pemasaran berusaha menemukan permintaan, mengidentifikasi produk dan layanan yang dapat memuaskan permintaan dan kemudian menggunakan teknik penjualan dan iklan yang strategis untuk menjangkau pelanggan.
Menurut Swabawa, kita sebagai pelaku pariwisata dapat mendalami bahwa teknik berpromosi tidak serta merta harus vulgar mengungkap materi yang ingin disampaikan. Yang lebih berkelas yakni iklan harus mampu memancing rasa penasaran publik sehingga minat untuk membeli suatu produk semakin tinggi.
Swabawa mengatakan, teori di atas dapat diimplementasikan untuk meraih revenue di masa liburan khususnya di Bali yang berkaitan dengan liburan hari raya keagamaan. Selain hari raya Galungan dan Kuningan yang merupakan rangkaian festival tradisi dan ritual yang berlangsung selama 10 hari, hari raya Nyepi sebagai perayaan tahun baru Caka juga memiliki keunikan yang sangat luar biasa dimana berlangsungnya Catur Brata Penyepian sehingga berhentinya aktifitas rutin manusia dalam 24 jam penuh.
Seperti yang kita ketahui Catur Brata Penyepian dijalankan oleh umat Hindu di Bali yang terdiri dari Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan pekerjaan), Amati Lelanguan (tidak menghibur diri) dan Amati Lelungaan (tidak bepergian).
“Hal ini merupakan fenomena terunik di dunia dimana alam benar-benar dihormati dengan ketenangan dan kesunyian. Masyarakat dapat melakukan perenungan dan refleksi kehidupan dalam sehari penuh, konsumsi bahan bakar dan energi listrik menurun drastis”, kata Swabawa selaku Managing Director Swaha Hospitality.
Selain fasilitas vital seperti sarana kesehatan, hotel dan jenis tempat penginapan lainnya tetap beroperasi dengan pembatasan kegiatan di internal hotel seminimal mungkin. Hanya saja untuk menghormati hari suci keagamaan ini sebaiknya pihak hotel dalam melakukan promosi agar lebih cerdas dan bijak agar tidak menodai kesucian hari raya.
Swabawa juga menyinggung soal istilah “Nyepi Package” yang seolah-olah mengobral kesucian hari raya dengan “berlibur”. Padahal istilah itu dapat diganti dengan istilah lainnya yang lebih mengedukasi calon pelanggan bahwa sebenarnya hari raya Nyepi bagus dinikmati oleh para turis untuk menikmati ketenangan dan kesunyian.
Hanya di Bali mereka dapat menikmati suasana hening dalam satu daratan penuh selama 1 hari penuh. Alternatif nama promosi bisa seperti “Silence in Paradise” , “ The Truly Tranquility” , “Silence in Harmony” , “Stay, Silence, Sensation” dan sebagainya. Jadi kompetensi sudah saatnya dalam bidang pemasaran bukan terbatas pada target oriented, namun target value oriented. Mencapai quantity dengan strategi quality.
Apalagi dapat sejalan dengan penguatan Pariwisata Bali sebagai pariwisata budaya, kualitas SDM yang dinilai dari aspek teknikal (technical skills), kognitif (cognitive skills) dan kepribadian (interpersonal skills) akan semakin optimal dalam mewujudkan pariwisata budaya yang berkualitas dan berkelanjutan.
Untuk itu menyusun strategi pemasaran dapat dimulai dari persiapan di awal yang matang. Contohnya dalam digital marketing, saat ini creative content menjadi unggulan perusahaan dalam mempromosikan produknya sehingga marketter mind set harus dirubah menjadi “investment in time” daripada dominasi “investment in money” dalam melakukan advertising. Sehingga ide kreatif yang dihasilkan akan lebih berkelas dibanding hanya sekedar mengejar popularitas.
“Mari cerdas berpromosi, Mari hormati hari suci Nyepi tahun baru Caka 1942 yang jatuh pada 25 Maret 2020 mendatang,” tutup Swabawa. (Red/LB/Ariek)