Buleleng, Lintasbali.com – Potensi pariwisata city tour di wilayah perkotaan Kota Singaraja, banyak tersimpan nilai-nilai historis sebagai daya tarik dari bangunan tua peninggalan Belanda hingga pesona alam serta seni budaya di Buleleng. Kawasan city tour tentu telah mengalami pengkajian potensi wisata yang dapat dikunjungi para wisatawan.
“Pengembangan city tour/wisata heritage untuk Kota Singaraja, menjadi salah satu alternatif ke depan yang akan kita kembangkan mengingat ada DTW yang menjadi paket tour-nya, di mana dari Selatan bisa kita ambil dari Tugu Tiga, lanjut Taman Bung Karno, dengan penopang ada di Kelurahan Beratan lewat kerajinannya. Selain itu, ke rumah Ibu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben di Paket Agung, lalu ada Puri Gede, Gedong Kirtya, Puri Kanginan, Setra Buleleng, Eks Pelabuhan Buleleng, hingga Masjid Jami. Pengunjung juga bisa menikmati wisata belanja di Pasar Banyuasri yang baru, Pantai Penimbangan, sampai pada Tukad Mungga, dan Kawasan Lovina, tentu dilengkapi kuliner yang ada di seputarannya. Hal ini harus dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Disbud, Dishub, Disperindagkop, Pol PP, dan juga Pokdarwisnya,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Made Sudama Diana, S.Sos., MM., Senin (4/1).
Beberapa Daya Tarik Wisata (DTW) yang bernilai tinggi sebagai city tour adalah Gedong Kirtya, Museum Buleleng, Kawasan Puri Buleleng, Eks Pelabuhan Buleleng, bangunan-bangunan peninggalan Belanda, Patung Singa Ambara Raja, dan wisata belanja wisatawan di pasar-pasar seperti Pasar Banyuasri, Pasar Anyar, Pasar Buleleng dan pasar tradisional lainnya di Buleleng.
Bagaimana pola menikmati wisata city tour tersebut? Tentu saja selain menggunakan mobil tamu pariwisata, alternatif berwisata yang mengasikan adalah menaiki sarana Dokar di wilayah seputaran Pasar Buleleng.
“Terkait akomodasi pariwisata seperti Dokar, tentunya menjadi daya tarik tersendiri, kita perlu inventaris kembali keberadaan Dokar di Singaraja dan bagaimana ke depan bentuk operasionalnya termasuk sarana lainnya,” imbuhnya.
Jalur kunjungan city tour pun dapat dikembangkan memanfaatkan keindahan alam di tingkat pedesaan, selain dapat membangkitkan pariwisata di tengah pandemi Covid-19 tentu saja city tour tidak harus di kota tetapi juga dapat dialihkan ke tingkat desa-desa.
Wisata di pedesaan seperti DTW Air Sanih, Lovina, Air Terjun Gitgit, Danau Buyan, serta Danau Tamblingan. Wisatawan yang datang dapat menikmati pematang sawah-sawah di pedesaan dan sejuknya udara alam di pedesaan.
“Selama pandemi 2020, untuk sektor pariwisata tidak banyak bisa beroperasional, tentunya pemerintah baik pusat, provinsi, dan kabupaten telah membuat program melalui perbaikan destinasi wisata, sertifikasi usaha bagi obyek wisata, hotel, restoran, dan peningkatan pelatihan terkait CHSE-nya, dan kucuran dana hibah dari Kemenparekraf untuk menunjang operasional hotel dan resto. Harapan di tahun 2021 Covid-19 bisa diatasi sehingga pelaku usaha di sektor pariwisata bisa bergerak dan ekonomi kembali pulih,” tandasnya.
Bilamana potensi city tour kembali ditata dengan konsep menginap tamu di Kota Singaraja, minimal ketika pariwisata internasional dibuka pemerintah, maka pelaku pariwisata akan menjadi lebih siap menerima kunjungan tamu ke Singaraja. (Rls)