GIANYAR, lintasbali.com – Bali kembali memiliki Destinasi baru yang berlokasi di Kedewatan Ubud Kabupaten Gianyar. Berada dibawah Manajemen Pitamaha Group, Destinasi ini menjadi salah satu tujuan pariwisata di Bali.
Destinasi ini bernama Taman Dedari. Dirancang, didesign dan dibangun oleh Ida Tjokorda Gede Putra Sukawati, Ida Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dan Ida Tjokorda Gede Raka Sukawati dari Puri Agung Ubud. Namun, Tjokorda Gede Raka Sukawati yang menjadi arsiteknya sekaligus merancang bangun dan rancang arsitektur dari Taman Dedari.
Berdiri diatas lahan seluas 1,5 hektar disisi tebing Sungai Ayung, sungai yang paling populer di Bali, pembangunan Taman Dedari awalnya hanya berupa restoran. Seiring berjalannya waktu, wujud akhirnya malah lebih dari sekedar restoran berkah sentuhan Tjokorda Gede Raka Sukawati.
Keberadaan Sungai Ayung dan Desa Kedewatan Ubud bagaikan dua sisi uang kepeng, dimana satu sama lainnya saling mendukung. Menurut sejarah Markandea Purana, tidak terlepas dari perjalanan suci Maha Tau Markandea.
Beliau datang ke Bali melalui perjalanan yang dimulai pada abad ke-8 dari Besakih menuju Gunung Lebah dan ke Payangan. Setibanya di sebuah Sungai, beliau melihat begitu banyak sosok gadis cantik nan ayu sehingga sungai itu dikenal dengan sungai ayu. Lama kelamaan oleh masyarakat sekitar sungai itu disebut sungai Ayung.
Secara konsep, Taman Dedari bukanlah hanya sekedar restoran. Melainkan menjadi Destinasi baru di Bali dengan pesona yang ditawarkan berupa vibrasi sungai ayung dan juga ditempat ini terdapat 49 buah patung bidadari karyawa Tjokorda Gede Raka Sukawati.
Menurut Pande Sutawan, konsep awal pembangunan Taman Dedari yaitu bagaimana kita menghormati perjalanan sejarah Maha Rai Markandea. Taman Dedari merupakan tempat dimana masyarakat Bali mengapresiasi nilai-nilai luhur perjalanan suci yang ada ditempat ini.
Pande Sutawan, Coorporate General Manager Pitamaha Group menambahkan, patung bidadari yang ada di Taman Dedari diplaspas (diupacarai) tanggal 20 Desember 2020 dan soft openingnya dilakukan tanggal 9 Januari 2021.
“Tempat ini milik masyarakat. Siapapun bisa hadir dan datang kesini walaupun mereka tidak membeli apa-apa. Tidak ada biaya karcis masuk. Mau datang dengan keluarga, pasangan atau sahabat hanya sekedar photo-photo saja silahkan,” papar Pande Sutawan.
Taman Dedari dibangun bukan hanya mencari sisi komersialnya saja melainkan tempat ini ditawarkan untuk masyarakat sebagai Destinasi baru untuk melepas kepenatan dan ditengah pandemi covid-19.
“Ini sesuai dengan philosophy Pitamaha Group yaitu Tri Hita Karana bagaimana hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hormat kepada lingkungan dan hormat kepada sesama,” jelasnya.
Pitamaha Group senantiasa menanamkan dan menerapkan konsep Tri Hita Karana di lingkungan bermasyarakat dan lingkungan bisnis, sehingga apapun yang dijalankan oleh Pitamaha Group tidak sepenuhnya untuk keperluan komersial.
Hal tersebut dapat dilihat sampai saat ini Pitamaha Group tidak ada merumahkan karyawannya di tengah pandemi covid-19. Karena konsep Tri Hita Karana selalu ditanamkan oleh Puri Agung Ubud melalui Ida Tjokorda Gede Putra Sukawati, Ida Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dan Ida Tjokorda Gede Raka Sukawati. (AR)