DENPASAR, lintsbali.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali menggelar pertemuan bulanan bertajuk Capacity Building dengan memberikan edukasi dan sosialisasi tentang peran dan fungsi Bank Sentral Indonesia dalam kebijakan moneter kepada puluhan wartawan di Denpasar, Selasa (9/3/2021).
Hadir sebagai Narasumber yakni Deputi KPwBI Bali Rizki Ernadi Wimanda dan Deputi Direktur KPwBI Bali Donny H. Heatubun. Pertemuan kali ini tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Dalam pertemuan tersebut, Deputi KPwBI Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, tugas utama Bank Indonesia (BI) tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran) dengan tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah.
“Di tengah pandemi Covid-19, pemulihan ekonomi Indonesia umumnya dan Bali khususnya terus berlanjut. Pemulihan didorong kinerja investasi, sementara stabilitas makroekonomi tetap terjaga,” kata Rizki Ernadi.
Pihaknya juga menyampaikan pemulihan ekonomi Bali menunjukkan perkembangan positif. Kedepannya, prospek ekonomi akan membaik ditopang kinerja investasi dan ekspor. Begitu juga akselerasi infrastruktur akan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Pengembangan agroindustri, pariwisata, dan kemaritiman juga perlu didorong.
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV 2020 tumbuh -12,21% (yoy), sedikit membaik dibanding triwulan III 2020 yang mencapai -12,32% (yoy). Dari sisi perkembangan harga, Provinsi Bali mengalami deflasi -0,15% (mtm) pada Februari 2021.
Meskipun mengalami penurunan harga secara umum, beberapa komoditas pangan justru tercatat mengalami kenaikan harga. Di antaranya cabai rawit yang tembus Rp 120 ribu per kg, cabai merah, daging babi, sawi hijau dan bayam.
Hal ini terutama disebabkan oleh periode perayaan Nyepi yang berlangsung pada triwulan I yakni pasokan masih belum optimal akibat curah hujan yang tinggi, serta peningkatan permintaan menjelang hari raya.
Perlu diketahui, permasalahan ekonomi tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu institusi, perlu ada bauran kebijakan yang melibatkan semua stakeholder terkait baik itu di pusat maupun daerah untuk mendorong dan mengembangkan perekonomian.
“Kita terus meningkatkan literasi dan edukasi terkait fungsi kebanksentralan bagi para pelaku UMKM, wirausaha, pengguna jasa keuangan, lembaga perbankan serta nonperbankan, mahasiswa dan masyarakat awam, dalam mewujudkan kemandirian ekonomi melalui pergerakan sektor strategis ekonomi domestik di Bali,” jelasnya.
Lebih lanjut, Rizky menjelaskan bahwa sosialisasi yang mengedukasi masyarakat bertujuan menambah pemahaman untuk mewaspadai berbagai aspek investasi sub sektor keuangan termasuk peluang dan tantangan di era ekonomi digital bagi para pelaku bisnis. Dengan paham dan tahu tentang fungsi ke banksentralan maka bisa mewaspadai berbagai aspek yang merugikan.
Pihaknya berharap kepada pelaku UMKM, wirausaha, pengguna jasa keuangan, lembaga perbankan serta nonperbankan, pelaku bisnis, akademisi, mahasiswa dan masyarakat awam akan semakin memahami fungsi kebansentralan Bank Indonesia termasuk memahami tantangan dan peluang di era ekonomi digital khususnya yang berada di Bali. (AR)