News

Green Journey The Nusa Dua Dukung Pertanian Organik di Desa Kedisan Gianyar

GIANYAR, lintasbali.com – Dalam upaya mendukung pelestarian lingkungan dan ketahanan pangan lokal, The Nusa Dua melalui program Green Journey yang digagas oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), mengunjungi Kelompok Tani Petani Kedisan Mandiri di Desa Kedisan, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, Bali. Kunjungan ini menjadi bagian dari rangkaian media gathering yang sekaligus menyoroti pentingnya keberlanjutan dalam sektor pariwisata dan pertanian.

General Manager The Nusa Dua, I Made Agus Dwiatmika, menyampaikan apresiasi tinggi kepada para petani organik di Kedisan. Ia menekankan bahwa bertahan dengan sistem pertanian organik di era serba cepat dan instan adalah tantangan besar yang layak diapresiasi.

“Kami merasa ini bukan kebetulan, karena hubungan yang terjalin sejak tahun lalu semakin erat. Green Journey ini bukan hanya kunjungan biasa, tapi bagian dari misi jangka panjang kami untuk menjaga lingkungan,” papar Agus Dwiatmika.

Beliau juga berharap produksi beras organik Kedisan suatu saat dapat disalurkan ke kawasan The Nusa Dua, meskipun harus bersaing dengan banyak produsen lain. “Ke depan kami akan berupaya untuk mendukung walau belum final, sudah ada gambaran bentuk bantuannya,” tambahnya.

Kepala Desa Kedisan, Dewa Ketut Raka, turut menyampaikan bagaimana Kedisan yang dulunya minim aktivitas pariwisata kini berkembang menjadi desa wisata berbasis budaya dan lingkungan. Salah satu ikon yang kini dikenal luas adalah Air Terjun Ulu Petanu, yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah plastik.

“Sejak 2018 saya menjabat, saya ingin desa ini punya jati diri. PAD desa naik 700 persen, dari hanya 12 juta per tahun kini bisa 600 juta per bulan. Ini bukti bahwa desa wisata berbasis lingkungan bisa membawa dampak ekonomi besar,” jelas Dewa Ketut.

BACA JUGA:  SAH! UNUD Jalin Kolaborasi Dengan SMSI dan AMSI

Ia juga menyuarakan kritik terhadap kebijakan pusat yang masih mendukung pupuk kimia, meski di tingkat lokal gencar mensosialisasikan pertanian organik. “Kami ingin dukungan lebih nyata, terutama subsidi langsung untuk pupuk organik,” ujarnya.

Dipimpin oleh Putu Yoga Wibawa, kelompok ini berdiri sejak 25 Desember 2020 sebagai respons atas degradasi tanah dan ekosistem sawah akibat penggunaan bahan kimia. Beranggotakan 170 petani dari Subak Kedisan Kaja dan Kelod dengan luas lahan 37 hektare, kelompok ini telah mengembangkan sistem pertanian organik sepenuhnya, dengan visi pertanian berkelanjutan dari hulu ke hilir.

“Kami ingin kembali pada akar pertanian Bali yang sehat, mandiri, dan menjaga alam. Kompos dibuat dari kotoran sapi dan limbah upacara, bio urine difermentasi, air irigasi disaring dengan eceng gondok, semua dengan gotong royong,” ungkap Putu Yoga.

Pada 26 April 2022, kelompok ini resmi memperoleh sertifikasi organik dari lembaga independen yang ditugaskan Pemerintah Provinsi Bali. Produksi beras organik saat ini mencapai 10 ton per tahun dari 4 hektare lahan organik, dengan harga jual Rp30.000 per kilogram. Sebagian hasil panen digunakan untuk ketahanan pangan lokal, sementara sisanya dijual langsung ke konsumen melalui media sosial.

Meski telah berjalan baik, tantangan masih ada. Serangan hama tikus tanpa pestisida kimia menyebabkan kerugian hingga 30-40% panen. Kelompok ini berharap bisa mendapatkan dukungan pembangunan rumah burung hantu sebagai pengendali hayati.

Tantangan lain adalah mengubah kebiasaan petani yang masih setengah hati meninggalkan pupuk kimia. Namun berkat hasil nyata dari tanah yang semakin subur dan biota sawah yang kembali hidup, semangat petani untuk bertahan semakin besar.

“Kami tidak hanya bertani, tapi berjuang mempertahankan alam dan budaya. Kami ingin Desa Kedisan jadi destinasi wisata berbasis kearifan lokal. Setiap tahun mahasiswa dari Amerika datang belajar, kami juga menjual kerajinan bambu dan kuliner lokal,” jelas Putu Yoga.

BACA JUGA:  Antisipasi Coronavirus, Petugas Bandara I Gusti Ngurah Rai Gunakan APD Selama Bertugas

Kunjungan Green Journey ini diharapkan menjadi awal dari sinergi antara pariwisata premium di The Nusa Dua dengan produksi lokal berkelanjutan. Dengan mempertemukan dunia pertanian dan pariwisata, diharapkan produk lokal tidak hanya mendukung ketahanan pangan desa, tapi juga memperkuat ekonomi berbasis budaya dan lingkungan.

ITDC dan The Nusa Dua berkomitmen untuk terus menjalin hubungan dengan kelompok tani Kedisan dan mengeksplorasi kemungkinan kerja sama yang konkret untuk mendukung rantai pasok beras organik dan produk lokal lainnya. (Arie)

Post ADS 1