Seputar Bali

IB. Purwa Sidemen : HARI SUCI SARASWATI “Pengetahuan, Sukses dan Sempurna”

Denpasar, Lintasbali.com – Pada buku Stuti dan Stava – Mantra para Pandita Hindu oleh T. Gourdrian & C. Hoykaas, terdapat mantra-mantra yang ditujukan kepada Dewi Saraswati (Saraswati Stuti) berikut terjemahannya, diantaranya sebagai berikut;

Om Sarasvati namas tubhyaṁ, varade kāma-rūpini
siddhārambhaṁ kariṣyāmi, siddhir bhavatu me sadā. Kāvyaṁ vyākaraṇaṁ tarkaṁ, veda-śāstra -purāṇakam kalpa –siddhīni tantrāni, tvat-prasādāt samārabhet.

Artinya: Ya Dewi Saraswati, sembah kehadapan Dikau, Yang melimpahkan anugerah, yang mengubah bentuk-Mu atas kemauan-Mu; Aku akan menjalankan/melakukan suatu usaha yang berhasil/sukses, keberhasilan/sukses haruslah terus-menerus denganku.

Dengan keagungan-Mu, seseorang boleh menjalankan/melakukan studi (pendalaman) atas syair-syair, tata bahasa, logika (ilmu mantik) (sang kitab) Weda, peraturan-peraturan tata tertib (disiplin), Purana-Purana, dan (engkau) Tantra-Tantra dari adat dan pengetahuan yang sempurna.

Dari kutipan mantra beserta terjemahannya, jelas bahwa Dewi Saraswati adalah Dewa (manifestasi Tuhan) sebagai penguasa ilmu pengetahuan, disiplin, dan keberhasilan/kesuksesan. Segala gerak kehidupan, dalam mendapatkan keberhasilan atau kesuksesan, belajar dan taat kedisplinan, ilmu pengetahuan, adalah semua berkat anugerah dari Dewi Saraswati.

Oleh masyarakat Hindu, khususnya di Bali, hari suci dimana ilmu pengetahuan diyakini diturunkan bagi umat manusia beserta anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sinar suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasinya sebagai Dewa ilmu pengetahuan adalah Dewi Saraswti, dirayakan dalam ritual keagamaan Hindu Bali pada setiap Saniscara (Sabtu) Umanis wuku Watugunung.

Hari suci Saniscara Umanis Watugunung, tepatnya pada hari ini Sabtu, 4 Juli 2020, adalah merupakan hari suci Saraswati. Hari dimana dalam mitologi Hindu disebutkan saat Sang Watugunung dianugerahkan ilmu pengetahuan, setelah melakukan tapa brata yoga samadi.

Penganugerahan ini merupakan perjalanan panjang, dimulai saat Watugunung runtuh, dikalahkan oleh Bhatara Wisnu hingga bertobat untuk kemudian memohon ke-pradnyan-an kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Perayaan hari suci ini merupakan hari suci yang sangat penting dalam kehidupan manusia Hindu, khususnya di Bali.

BACA JUGA:  Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Bali 2021, Ajak Generasi Muda Peduli Berbahasa

Demikianlah, disebutkan Dewi Saraswati adalah seorang Dewi sakti dari Dewa Brahma, yang menguasai ilmu pengetahuan. Beliau digambarkan dengan simbolisasi sebagai seorang Dewi yang sangat cantik.

Cantik identik dengan menarik, sehingga umat manusia diharapkan tertarik untuk mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan sehingga bermanfaat dalam mengarungi lautan samudera kehidupan yang penuh suka dan duka.

Beliau disimbolkan mengendarai seekor angsa, membawa lontar, alat musik rebab, dan bunga tunjung (teratai). Kendaraan (wahana) seekor angsa, adalah cerminan kebijaksanaan. Seekor angsa bisa memilih dan memilah dengan baik sumber makanannya walaupun pada tempat yang kotor (berlumpur) sekalipun.

Angsa yang habitat hidupnya di darat, air, dan udara juga merupakan perlambang tiga dunia bhur, bwah, swah. Tri Bhuwana atau tiga dunia merupakan simbol kemahakuasaan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Pustaka suci lontar yang bertuliskan aksara suci adalah simbol ilmu pengetahuan suci yang senantiasa harus dijadikan pijakan oleh umat manusia dalam menjalani kehidupan ini. Pustaka suci yang dimaksudkan adalah kitab Weda, sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Genitri melambangkan siklus kehidupan yang tiada habis-habisnya. Hal ini juga bermakna bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah habisnya untuk dipelajari oleh manusia. Dewi Saraswati memegang sebuah alat musik yaitu rebab, menjadi simbol daya tarik dan simbol budaya yang tinggi.

Kesenian merupakan alat penghibur di saat pikiran sedang kacau atau dalam kegelapan. Dalam hal ini ilmu pengetahuan dilambangkan sebagai alat musik yang bisa menghibur dikala kegelapan. Ilmu pengetahuan juga merupakan simbol keindahan dinikmati sepanjang hidup.

Bunga teratai, merupakan simbolis kesucian, dimana bunga teratai yang tumbuh dalam lumpur (tanah), dalam air, dan udara adalah bunga yang istimewa. Bunga teratai disebut juga tumbuh pada tiga alam (tri bhuwana), dimana bunga teratai itu sendiri bila mekar tidak basah oleh air tempatnya tumbuh. Hal ini memberi makna kesucian atau terbebas dari kekotoran.

BACA JUGA:  IB. Purwa Sidemen : "SADHAKA SANG SISTA" Tempat Meminta Ajaran dan Petunjuk Suci

Tanpa dasar ilmu pengetahuan maka manusia akan menderita. Kitab suci Weda sangat takut kepada orang yang bodoh dan tidak berpengetahuan. Demikian pada kitab suci Sarasamuccaya sebagai salah satu kita suci Hindu menyebutkan, bahwa manusia jangan sampe terpuruk karena kebodohannya.

Dunia maya dimana umat manusia menjalani segala kehidupannya ini penuh dengan berbagai tipu muslihat. Oleh karena itu, jangan sekali-sekali menjadi manusia malas dan bodoh. Manusia jenis ini akan menjadi sasaran bagi manusia serakah lainnya.

Kitab Sarasmuscaya, pada sloka 37 sampai dengan sloka 40 menyampaikan tentang sumber ajaran kebenaran atau dharma. Ajaran Sruti atau Weda disebut sanatana dharma, dharma yang kekal abadi. Dharma ini menjadi dasar agama bangsa Arya yang sekarang terkenal dengan nama Hindu Dharma.

Disamping itu ada Smrti (dharmasastra) yang mengatur kewajiban baik dalam bidang nasional, sosial, kekeluargaan, maupun kewajiban pribadi seorang manusia. Lebih lanjut pada salah satu sloka yaitu sloka 37, tentang ajaran dharma disebutkan sebagai berikut:

Itihāsapurāṇābhyām wedam samupawṛmhayet, bibhetyalpaśrutādwedo māmayam pracariṣyati.

Ndān Sang Hyang Weda, paripūrṇakȇna sira, makasādhana sang hyang itihāsa, sang hyang pūraṇa, apan atakut, sang hyang weda ring akȇdik ajinya, ling nira, kamung hyang, haywa tiki umarā ri kami, ling nira mangkana rakwa atakut.

Hendaknya Weda itu dipelajari dengan sempurna, melalui tahapan dengan jalan mempelajari terlebih dahulu kitab Itihasa dan Purana, oleh karena Weda itu sendiri merasa takut kepada orang yang sedikit pengetahuannya, sabdanya : “Duhai tuan-tuan, janganlah mendekati saya”, demikianlah sabdanya konon karena takut.

Sloka ini memberikan gambaran, bagaimana ilmu pengetahuan itu amat dan sangat penting. Orang bodoh akan menjadi orang dengan kehidupan yang sangat menderita. Kitab suci Weda memberikan gambaran, bagi manusia bodoh dan tidak berpengetahuan agar tidak mendekatinya tanpa bekal pengetahuan yang cukup.

BACA JUGA:  MDA Denpasar : Kejaksaan Mesti Hati-hati Tangani Kasus LPD

Dalam hal ini, ketakutan Weda terhadap orang bodoh yang dimaksudkan agar umat manusia belajar melalui tahapan-tahapan yang sewajarnya untuk membekali diri hingga cukup sebelum mempelajari Weda itu sendiri secara langsung. Bahkan belajar Weda harus dengan bimbingan seorang guru.

Orang tanpa dasar pengetahuan yang baik dan cukup, tanpa bimbingan guru, bila langsung mempelajari kita Weda, dikhawatirkan akan kebingungan. Manusia yang bekal pengetahuannya tidak cukup, akan sulit memahami Weda itu sendiri. Ibaratnya bila seorang anak pada tahapan brahmacari ingin belajar, harus melalui tahapan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas sebelum menginjakkan kakinya di dunia perguruan tinggi.

Weda adalah sumber pengetahuan tertinggi. Mempelajarinya memerlukan kesiapan yang baik dan pengetahuan yang cukup. Kehidupan inipun ada tahapannya, demikianlah ilmu pengetahuan dipelajari sesuai dengan tingkatan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Namun kunci dari semua ini, hendaknya manusia harus berpengetahuan. Bila tidak berpengetahuan maka dalam menjalani dan mengarungi kehidupan akan menderita selamanya. Rahajeng Rahina Suci Saraswati.

Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si Dosen Program Studi Pendidikan Agama Fakultas Pendidikan – Universitas Hindu Indonesia Denpasar

Post ADS 1