Pariwisata & Budaya

Isu Penjualan Hotel Semasa Pandemi dan Strategi Usaha Untuk Bertahan

Denpasar, Lintasbali.com – Banyak isu beredar bahwa beberapa hotel dijual di Bali semasa pandemi. Sebenarnya isu itu sudah ada bahkan jauh sebelum adanya pandemi COVID-19. Namun isu itu semestinya dicek kebenarannya langsung kepada pemilik hotel bersangkutan atau sumber yang kredibel. Mungkin sebelumnya ada rencana penjualan karena beberapa alasan.

Pertama karena pemilik baru merasakan dan menyadari bahwa pengelolaan hotel tidak sama seperti pengelolaan pabrik manufaktur. Alasan lain, kemungkinan pemilik modal hanya ingin menanamkan investasi melalu pembangunan hotel dan menjualnya kembali apabila waktunya tiba.

Perbedaan Hotel sebagai Hospitality Services dengan Manufaktur Barang (Goods) antara lain disebutkan di bawah ini.

Selain itu pada operasional hotel banyak sekali fixed cost (biaya tetap) yang terlibat. Belum lagi aturan perijinan yang sangat banyak bahkan sampai puluhan jenisnya yang harus dipenuhi sesuai persyaratan pemerintah Kabupaten/kota setempat dan otoritas terkait.

Strategi Usaha untuk Bertahan
Untuk bisa bertahan semasa dan setelah kegiatan pariwisata direaktivasi adalah dengan melakukan perubahan paradigma atau cara pandang kita terhadap masalah yang ada. Mr Hanley Chew, seorang Konsultan Pariwisata dari Kuala Lumpur yang pernah menjadi salah satu GM di hotel berbintang di Bali, berbincang dengan penulis dan dituangkan dalam beberapa strategi di bawah ini yang bisa diterapkan.

Perbaikan dan Renovasi
Jika pemilik hotel memiliki kecukupan cadangan dana inilah waktu terbaik melakukan perbaikan dan renovasi karena volume bisnis kecil bahkan tidak ada, sehingga tidak mengganggu pelayanan dibandingkan dilakukan pada situasi normal. Kalau belum ada dana cadangan, maka ke depannya dana cadangan ini harus disiapkan.

Pemanfaatan Area kerja Umum
Penggunaan ruangan yang tidak perlu agar dipertimbangkan dan dievaluasi dengan mengubah area kantor yang tidak perlu menjadi area kerja bersama (co-working space) dan ruang komersial untuk disewakan. Ruang kerja bersama karyawan agar dioptimalkan menjadi ruang untuk berkomunikasi bagi karyawan.

BACA JUGA:  Digelar 3 hari, ITLS 2024 Usung Regeneratif Tourism

Pengembangan Karyawan
Saat ini waktu yang tepat meningkatkan kompetensi dan jiwa kewirausahaan dari karyawan. Mengembangkan kompetensi karyawan melalui pembelanjaran dalam jejaring.

General Manager.
Inilah waktu yang tepat bagi pemilik hotel mempertimbangkan memakai General Manager lokal yang memiliki pengalaman internasional tentunya. Apalagi di Bali sudah ada Asosiasi para general manager orang Indonesia yang tergabung dalam wadah IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association). Remunerasi dan benefit serta insentif bagi general manager lokal agar dipertimbangkan pada takaran yang adil dengan para general manager asing.

I Nyoman Astama, Ketua DPD IHGMA Bali dan Praktisi Pariwisata

Rasio Staf dan Produktivitas
Mulai menerapkan pola multitasking pada pelaksanaan operasional yang memungkinkan, tidak hanya menjadi wacana berkelanjutan. Jumlah Departemen bisa dievaluasi mungkin hanya menjadi 2 bagian: Front of House (di mana di dalamnya bergabung Front Office, Housekeeping, Food & Beverage, Sales, Engineering) dan Back of House (di dalamnya bergabung Accounting, Human Resources, Administrasi).  Rasiostaf terhadap jumlah kamar dievaluasi kurang dari 1 dengan penggunaan alat bantu teknologi.

Meningkatkan Pengalaman Tamu
Lebih banyak berinteraksi dengan tamu dengan mematuhi protokol kesehatan (pakai masker, cuci tangan sesering mungkin, jaga jarak). Staf agar lebih siap berinteraksi dan konversasi dengan tamu tentang topik yang lebih luas.

Jaringan Distribusi dan Manajemen Pendapatan.
Meskipun online travel agent penting, optimalisasi website hotel sangat penting karena komisi jauh akan berkurang.
Sekarang Manajemen Pendapatan (revenue management) bisa dilakukan oleh pihak ketiga.

Membuat Layanan Intangible menjadi Tangible
Menjual fasilitas kamar dan makanan & minuman serta sumber pendapatan lainnya serta benefit lainnya dalam bentuk voucher dan pemakaiannya bisa untuk jangka waktu 6 bulan bahkan 1 tahun ke depan. Kondisi dan ketentuan dicantumkan dengan jelas dan lebih fleksibel sehingga menarik bagi calon pelanggan.

BACA JUGA:  Pameran Tunggal Ida Bagus Indra Love in Color, A Romantic Rendezvous With Art: A Solo Art Exhibition di Sudakara ArtSpace

Diset ulang untuk Melakukan Evaluasi
Inilah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi kembali mengenai policy & procedure (P&P) dan standard operating procedure (SOP) bukan kembali kepada masa sebelum merebaknya pandemi COVID-19. Mengeset ulang untuk mengevaluasi prosedur sesuai dengan era baru pariwisata sesuai dengan yang diatur oleh pemerintah dan otoritas terkait menuju tatanan kehidupan baru. Apalagi di Bali sudah diputuskan ada proses Verifikasi untuk bidang pariwisata menuju kesiapan new normal tourism yang harus diikuti oleh industri pariwisata sebelum kegiatan pariwisata diaktifkan kembali.

Ditulis oleh: I Nyoman Astama, SE., MM., CHA (Praktisi Pariwisata dan Ketua DPD IHGMA Bali)

Post ADS 1