Badung, Lintasbali.com – Di tengah lesunya bisnis saat pandemi covid-19, membuat semua pelaku industri pariwisata tidak tinggal diam. Standar baru pelayanan dan performansi produk khususnya di bisnis perhotelan, diprediksi akan meningkatkan biaya operasional hotel.
Hal tersebut seiring dengan reaksi pasar yang dipicu oleh dua hal yakni menganalisa dampak dan kondisi pandemi COVID-19 serta perubahan perilaku konsumen akibat virus ini, sehingga mendorong tampilnya suatu produk dengan nilai tambah pada protokol kesehatan.
Hal itu diungkap oleh Ketut Swabawa, CHA, seorang tokoh perhotelan dan juga akademisi kepariwisataan ketika ditemui saat penyerahan bantuan bahan makanan bagi rekan-rekan media di Bali, 25 Mei 2020.
Menurutnya, saat ini praktisi perhotelan sedang gencarnya menyiapkan standar baru untuk produk dan layanan selain strategi marketing guna mempromosikan tampilan hotel kedepannya pasca wabah virus corona.
“Kita lihat di Bali saja hampir setiap hari ada Webinar, bahkan bukan 1 agenda, bisa 2-4 topik per hari dilaksanakan berbagai asosiasi, komunitas serta pemerintah selain di internal hotel sendiri bersama tim manajemennya”, kata Swabawa yang juga menjabat Vice Chairman Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Bali ini.
Hotel yang mengedepankan kualitas produk dan layanan berdasar estetika, etika dan kenyamanan kini dituntut agar mampu menambahkan nilainya pada protokol kesehatan.
Berbicara kesehatan tidak hanya terbatas pada ‘bersih’ menjadi hygiene dan sanitasi saja, tetapi juga menyangkut physical distancing sehingga perlu merubah tata letak atau lay out bahkan expanded venue untuk kegiatan tertentu.
Swabawa memberikan contoh sebuah restoran yang mampu menampung 300 pax untuk breakfast di masa sebelumnya kini perlu dipikirkan tempat lainnya jika masih harus melayani 300 pax tersebut, karena physical distancing akan menuntut posisi tempat duduk agar lebih berjarak seperti round table yang biasa untuk 6 orang kini hanya untuk 4 orang, dan sebagainya.
Ditambahkannya pula bahwa penggunaan cleaning chemical juga berubah dengan tambahan elemen sanitizer atau disinfektan. Sehingga otomatis akan menaikkan biaya chemical itu sendiri. Kenaikan bisa berkisar 10-18%, semoga tidak lebih dari segitu agar kita tidak terlalu tinggi menaikkan harga kamar nantinya.
Kenaikan biaya operasional lainnya akan dirasakan secara percentage selain dari segi nominal rupiah. Kita lihat meeting package yang biasanya 1 venue bisa hosting 100 pax kedepannya akan berkurang daya tampung pesertanya, sehingga cost percentage dari paket meeting itu akan lebih tinggi.
Karena selain biaya makan yang variable mengikuti jumlah pax, ada biaya fixed lainnya dimasukkan ke dalam harga tersebut seperti sewa peralatan, biaya listrik (AC, lampu) serta lainnya.
Untuk itu, Swabawa menyarankan para pimpinan perhotelan agar gencar memulai menyiapkan program reopening hotel pasca pandemi ini. Bahwa dari standar baru yang disusun tersebut akan muncul nilai biaya yang bertambah dibanding dengan annual budget yang telah disusun sejak tahun lalu.
Selanjutnya dibarengi dengan analisa yang kuat dan strategi pemasaran yang taktikal maka diharapkan bisnis perhotelan akan dapat berjalan sehat dan tidak terpuruk dalam kerugian secara finansial yang dalam. Selamat datang di New Normal of Hotel Operations! (Red/LB/Rls)