Destinasi News Pariwisata & Budaya Seputar Bali

K. Swabawa : Inovasi Produk Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal

Klungkung, Lintasbali.com – Desa Wisata dibentuk bukan hanya sekedar sebagai predikat atau istilah bagi desa yang memiliki potensi kepariwisataan. Saat ini adalah momentum yang sangat tepat dalam mengelola desa wisata sebagai bagian dari destinasi pariwisata agar potensi yang dimiliki tidak mubasir dan kurang memberi manfaaf bagi masyarakat.

Pelatihan Desa Wisata dengan topik pengembangan inovasi produk yang berbasis kearifan lokal diyakini akan dapat menguatkan branding dan sisi ekonomi masyarakat. Hal itu disampaikan oleh Ketut Swabawa, CHA Dosen IPB Internasional dalam pelaksanaan pelatihan desa wisata di Desa Tihingan, Banjarangkan Kabupaten Klungkung, Kamis (12/11).

Swabawa mengatakan bahwa desa wisata seperti di Tihingan memiliki unique selling point tersendiri yakni adanya pengerajin gamelan gong di desa tersebut. Selama ini desa wisata di Bali harus kita akui masih banyak yang berkesan monoton yakni berkonsep pemandangan alam seperti sawah, sungai, perbukitan dan sejenisnya. Sebagaimana konsep dalam pembukaan suatu destinasi harus terdapat unsur 3A yakni aksesabilitas, amenitas dan aktifitas ditambah lagi daya dukung lainnya (ancillary) maka potensi desa harus digali agar mampu menampilkan semua unsur dimaksud.

Jika amenitas dalam bentuk penginapan belum tersedia, minimal fasilitas penyediaan makanan dan minuman cukup tersedia. Desa Tihingan dengan keunikan adanya pengerajin gamelan gong bisa menjadi atraksi wisata menarik dalam pemenuhan aktifitas turis belajar proses membuatnya.

Hal tersebut di sampaikan Swabawa, akan segera dibantu untuk pembuatan story telling-nya jadi turis akan mendapatkan suatu pengalaman menarik mengenal sejarah awal dimulainya industri rumahan ini yang menjadi tradisi turun temurun dan akan tetap dibutuhkan oleh masyarakat.

Gamelan gong selalu dimainkan ketika ada upacara adat di Bali, ini adalah suatu kearifan lokal yang dimiliki dan patut dilestarikan bahkan dapat bermanfaat lebih dengan dampak lainnya yakni menjadi industri wisata.

BACA JUGA:  Bersantai Sambil Berenang di The Alantara Sanur

“Jadi selain pengerajin membuat gong dan menjual hasil produksinya ke pembeli, proses membuatnya ini memberi dampak menarik minat wisatawan untuk menyaksikan dan mengetahuinya”, kata Swabawa, Sekjen DPD MASATA Bali (Masyarakat Sadar Wisata -red).

Sementara itu, Perbekel Desa Tihingan, I Wayan Sugiarta dalam sambutannya sangat mengapresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional atas dipilihnya desa Tihingan sebagai tempat pengabdian pada masyarakat untuk mahasiswa jurusan Diploma IV Manajemen Kepariwisataan tahun 2020 ini.

Perbekel Desa Tihingan Klungkung (tengah) saat memberikan sambutan

Desa Tihingan sebagai salah satu Desa Wisata, terbentuk dengan SK Bupati Klungkung tahun 2017 dan sejak saat itu masyarakat Desa Tihingan terus menerus mengupayakan penataan kawasan agar nyaman bagi wisatawan. Selain keunggulan pengerajin gong, Desa Wisata Tihingan juga memiliki pemandangan sawah terasering yang sangat indah, jalur trekking menyusuri wilayah pedesaan, air terjun dan lainnya.

“Walaupun kami baru berusia 3 tahun, kami berharap dengan dukungan kampus IPB Internasional, desa kami akan dapat lebih cepat tertata dengan baik sesuai kaidah nilai kepariwisataan dan dikenal oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara,” kata Wayan Sugiarta.

Hadir pula dalam acara pembukaan Ketua Pokdarwis, Bhabinkamtibmas serta peserta pelatihan yang terdiri dari anggota pokdarwis, perwakilan karang taruna, PKK serta pelaku wisata dan elemen masyarakat lainnya.

Pelatihan berlangsung selama 10 hari yaitu 12-21 November 2020 dengan berbagai topik mulai pemaparan sadar wisata, sapta pesona, update industri pariwisata, program CHSE, tata kelola desa wisata, menyusun dan mengembangkan industri kreatif, pemandu wisata, pelayanan prima, pemasaran digital, serta lainnya. (Rls)

Post ADS 1