MANGUPURA, lintasbali.com – Kutus Kutus Tamba Waras merupakan produsen minyak herbal yang berdiri sejak tahun 2013. Hingga kini terus berinovasi untuk memperluas produk-produk ke seluruh Indonesia. Salah satunya memperluas ke dalam segala platform jual beli konvensional tentunya termasuk Bali sebagai destinasi pariwisata internasional yang memiliki Pusat Oleh Oleh Bali terkenal.
Kali ini Kutus Kutus Tamba Waras memberi nuansa baru untuk para pengunjung dan wisatawan dengan menghadirkan Kutus Kutus Booth dan Kutus Kutus Spa di Pusat Oleh Oleh Bali, The Keranjang, Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 97, Kuta, Badung, Bali, Sabtu, 11 Pebruari 2023.
Hal tersebut disampaikan Bambang Pranoto selaku Penemu Minyak Kutus Kutus dan Owner Kutus Kutus Tamba Waras usai meresmikan Kurus Kurus Booth dan Kutus Kutus Spa.
Selain bisa mendapatkan berbagai macam oleh-oleh khas Bali dan pertunjukan live music, dalam acara Grand Launching Kutus Kutus Booth dan Kutus Kutus Spa ini pihak Kutus Kutus bekerja sama dengan The Keranjang Bali untuk mempromosikan produk herbal asli Indonesia yang banyak memberi manfaat dan dapat dijadikan produk oleh oleh khas Bali bagi wisatawan.
Servasius Bambang Pranoto adalah penemu ramuan minyak Kutus Kutus dan pemilik perusahaan PT Kutus Kutus Herbal yang memproduksi minyak Kutus Kutus. Ramuan minyak Kutus Kutus terbuat dari campuran 69 jenis rempah-rempahan.
Nama Kutus Kutus berasal dari Bahasa Bali, yang berarti delapan delapan. Angka delapan dinilai sebagai bentuk angka yang unik, sempurna, dan menyerupai simbol infiniti yang berarti tanpa batas dan simbol kebaikan dalam bahasa Tionghoa.
Ramuan minyak Kutus Kutus ditemukan Servasius Bambang Pranoto pada tahun 2011, ketika kedua kakinya lumpuh akibat terjatuh di pematang sawah saat memikul kentang seberat 10 kilogram. Meski sudah berobat ke dokter, kedua kaki Servasius tak kunjung sembuh, sehingga dia nyaris putus asa.
Inspirasi membuat ramuan dari berbagai tanaman herbal dan rempah-rempah kemudian muncul saat dirinya bermeditasi. Servasius lalu membuat minyak balur atau gosok berdasarkan resep leluhur. Servasius menyebut resep leluhur yang digunakannya sebagai konsep pohon kehidupan, yang terdiri atas tujuh unsur dari tujuh tanaman.
Bambang Pranoto terbiasa dan akrab dengan dunia herbal dan jamu-jamuan sejak tahun 1988, kemudian belajar secara otodidak bagaimana cara meracik minyak dengan mengikuti proses pembuatan dari warisan kebudayaan beberapa daerah dan mempelajari penyembuhan tradisional dari alam.
Racikan minyak yang dibuatnya terbukti berkhasiat mengobati kakinya yang lumpuh sehingga sembuh dalam tiga bulan. Setelah itu, Servasius Bambang Pranoto melakukan riset selama satu tahun, dari tahun 2012 hingga tahun 2013, untuk menemukan racikan minyak balur yang aromanya pas, tidak berbau, dan mudah meresap. Setelah mendapatkan aroma yang pas, Servasius Bambang Pranoto kemudian memproduksi 500 botol minyak Kutus Kutus, namun tidak ada satu pun yang laku pada saat itu.
Akhirnya, Bambang Pranoto menunjuk seorang distributor untuk memasarkan minyak Kutus Kutus, sedangkan dirinya fokus mengurusi produksi. Distribusi dilakukan melalui media sosial. Pada Oktober 2014, Servasius Bambang Pranoto melakukan pertemuan pertama secara tatap muka dengan para reseller Kutus Kutus, setelah selama ini mereka hanya berkomunikasi melalui Facebook.
Perjalanan bisnis minyak Kutus Kutus sempat tidak berjalan baik, setelah produk dan jaringan bisnis distribusinya sempat dibajak oleh mitra distributor kepercayaannya. Akhirnya, Servasius memutuskan untuk menata kembali jaringan distribusinya dan menangani langsung penjualan. Setelah pemasaran dipegangnya, angka penjualan minyak Kutus Kutus terus bergerak naik secara signifikan.
Pada 8 Desember 2018, Bambang Pranoto kemudian mendirikan pabrik Kutus Kutus, melalui perusahaan Tamba Waras, di Jalan Darmagiri No 88, Desa Bitra, Gianyar, Bali. Lokasi pabrik adalah bekas restoran Mango Lango dan Studio Music Banjar Teratai Capung, yang digunakan Servasius selama 12 tahun sebelum memproduksi Kutus Kutus. Pabrik berdiri di atas area lahan seluas 2.800 meter persegi dan tahun 2019 memperkerjakan 200 orang karyawan.
Untuk diketahui, setelah lulus kuliah Teknik Elektro di Universitas Satya Wacana, Salatiga, Servasius Bambang Pranoto kemudian bekerja di Philips Jakarta dengan jabatan terakhir executive staff. Servasius kemudian berhenti kerja dan memutuskan untuk menggeluti dunia seni musik dan perfilman. Pada tahun 2002, dia pindah ke Desa Bona, Gianyar, Bali. (Rls)