GIANYAR, Lintasbali.com – Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) wilayah Bali berkesempatan menyampaikan bantuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia berupa hand sanitizer dan masker bagi pelaku pariwisata di Desa Wisata Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar.
Dalam program “Say CHSE” dari Dewan Pengurus Pusat (DPP) MASATA sejak Oktober 2020 lalu telah mengagendakan kegiatan sosialisasi standar Cleanliness, Health, Safety and Enviroment Sustainability melalui virtual meeting secara nasional berkali-kali. “Dan dari DPP MASATA juga kami mendapat kesempatan untuk menyalurkan bantuan ini kepada masyarakat pariwisata di Bali, bertujuan untuk menguatkan terus budaya pola hidup bersih dan sehat serta meningkatkan kewaspadaan akan bahaya penyebaran COVID-19 di masyarakat” kata Ketut Swabawa, CHA ketika menyerahkan bantuan di Desa Taro (22/1/2021).
Penyerahan bantuan tersebut dirangkaikan dengan kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pokdarwis Desa Wisata Taro pimpinan I Wayan Wardika, SST.Par . Bertempat di The Fire Flies Garden, Swabawa yang hadir sebagai narasumber membawakan materi “Leadership and Destination Branding” menyampaikan dukungan dan apresiasinya pada masyarakat setempat yang berkomitmen menjaga dan melestarikan keberadaan potensi desa yang dimiliki. “Kami dari MASATA Bali bangga pada masyarakat dan khususnya lagi Pokdarwis yang mengelola Desa Wisata Taro ini, dimana upaya yang luar biasa ini menjadikan Desa Taro sebagai Echo-Spiritual Destination adalah langkah yang tepat dalam melakukan destination branding. Sehingga nantinya akan berhasil menciptakan competitive advantage dari keunikan yang dimiliki.” kata Sekretaris DPD MASATA Bali periode 2020 – 2023 ini.
Dari materi yang disampaikan, peserta juga dibekali dengan pengetahuan kewirausahaan dan tata kelola desa wisata selain tema utama kepemimpinan dan promosi destinasi wisata. Menurut Swabawa, jiwa kewirausahaan harus disertai kematangan dalam keahlian memimpin dengan baik. Dan karena lingkupnya adalah desa wisata maka pemilik dan pengelola usaha juga harus paham sistem tata kelola desa wisatanya dulu. “Sehingga pola ini semuanya terintegrasi dengan baik; usaha dipimpin dan dikelola dengan baik sehingga mampu menaikkan popularitas destinasi untuk keberlangsungan jangka panjang destinasi..sederhananya seperti demikian, jadi harus komprehensif, jangan parsial-parsial” pungkas Swabawa. (SW)