DENPASAR, Media Bali – Akulturasi budaya Bali menarik dimiliki Masjid Al Hikmah, yang berada di Jalan Soka No. 18 Banjar Kertalangu, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, baik umat Hindu dan Islam di sekitarnya hidup bersahaja dan saling bergotong royong.
Saat pendirian Masjid Al Hikmah, pertama kali di tahun 1978 yang melibatkan pekerja orang Bali dengan arsitek ornament Bali oleh almarhum Wayan Kasim dari Pegayaman, Buleleng untuk membangun arsitektur khas Bali di sisi dalam dan luar masjid tersebut.
Di sisi luar, ornamen Bali terlihat jelas atas sisi kanan kiri pintu berukiran Bali, dan pintu utama di tengah-tengahnya ada angkul-angkul (gapura) dipadu dinding pagar berukiran Bali.
Saat masuk dari pintu di depan masjid akan terlihat prasasti nama Masjid Al Hikmah berisi tulisan aksara Bali. Di dalam masjid pada pintu-pintu di bagian tengah berukiran Bali, selain itu di sudut bangunan masjid terdapat tiang penyangga dari kayu juga berukiran Bali.
“Jadi pendiri dan sesepuh kami memiliki prinsip di mana tanah dipijak disana langit dijunjung. Maka keberadaan bangunan Masjid Al Hikmah ini merupakan simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Islam, yang ditunjukkan melalui arsitektur khas Bali,” ujar Haji Muhammad Suwarno, SH., selaku Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, ditemui Media Bali, Selasa (27/4) kemarin.
Ia menuturkan, pembangunan Masjid Al Hikmah turut dibantu umat bernama Sunarso dari Tulungagung. Masjid ini didirikan untuk semua golongan dan suku, sehingga terwujud hubungan sinergis yang baik antara umat Hindu dan Islam hingga saat ini.
“Kami juga sempat melakukan fokus renovasi sekitar tahun 1995 dan 1998 sudah selesai dikerjakan, sehingga saat ini di dalam masjid terdiri atas kolaborasi bangunan Jawa, Bali, Timur Tengah, hingga Tionghoa, tujuannya sebagai wujud pengagungan atas kearifan lokal yang ada. Bersama umat Hindu di wilayah sekitar kami pun dapat berkolaborasi apa saja, termasuk soal kebersihan lingkungan, keamanan, dan selama pandemi kami selalu menjaga protokol kesehatan secara baik,” tuturnya.
Masjid Al Hikmah berkapasitas sampai 1.500 orang dan selama pandemi telah dilakukan pembatasan terhadap umat yang ingin bersembahyang.
Sedangkan, hubungan harmonis antar warga di lingkungan sekitarnya diwujudkan saat kurban dengan saling berbagi daging untuk kebersamaan.
“Ya saling memberi bantuan. Kami utamakan beri daging kurban untuk diberikan dan mengutamakan warga di sekitar masjid,” demikian Suwarno. (DK)