News Pariwisata & Budaya

MENEMBUS RASA DALAM SEBUAH KARYA

Lapis demi lapis cat bercampur air meresap secara transparan dilembar kertas khusus, secara perlahan membentuk diograma komposisi warna atau mewujud secara realistik. Warna-warna dan cerah cat air meresap pada pori-pori kertas khusus yang memiliki ketahanan dalam menyerap air secara maksimal. Demikianlah Seniman Made Mahendra Mangku dan Nur Ilham memamerkan karya cat air dengan tajuk Menembus Rasa di Santrian Art Gallery, Griya Santrian Resort & Spa, Jl. Danau Tamblingan 47, Sanur. Seni lukis Cat Air atau Watercolor berada pada posisi unik dalam perkembangan media seni lukis yang didominasi dengan Cat Minyak (Oil paint).

Masing-masing media seni lukis memiliki karakter dan keunikannya tersendiri. Dengan daya cipta dan karsa para pelukis tak pernah pupus untuk terus mengeksplorasi berbagai potensi seni lukis, hingga melampui batas-batas teknik dan media.

Sebagaimana halnya seni lukis cat air ditangan pelukis Nur Ilham, media ini mampu melahirkan berbagai representasi yang mencapai hiperrealis. Karyanya menghadirkan objek-objek biasa yang ditemukannya dalam keseharian, namun cara menghadirkan objek-objek tersebut sangat tidak biasa.

Ilham berpandangan bahwa baginya “tidak ada ‘benda mati’, ia melihat benda-benda tersebut hidup sebagaimana layaknya manusia; mereka mampu bicara walaupun tanpa suara. Melalui penguasaan skill teknik dan media yang tinggi, serta cara pandangnya terhadap objek membuat karyanya memiliki dimensi lapisan makna yang tersirat berupa metafor yang dihadirkan melalui kekuatan teknik. Obyek-obyek biasa dihadirkan dengan sentuhan estetik yang kekuatan eksplorasi artistik.

Pun sebaliknya pada eksplorasi karya non representasional oleh Made Mahendra Mangku, media ini memberinya berbagai kemungkinan ekpresi sepontan yang begitu kaya akan efek-efek warna. Mulai dari goresan warna dari brushstrokes, lelehan dan cipratan warna, hingga endapan warna yang timbul dari efek air.

BACA JUGA:  Sri Mulyani Bisa Kaget, Kerugian LPD Bisa Masuk Kas Negara

Pelukis yang setia mengeksplorasi aspek formal dalam estetika seni abstrak (non representasional) ini, telah mencoba bereksplorasi pada berbagai media seni lukis. Cat air merupakan salah satu media yang ia tekuni hingga kini, karena menurutnya media tersebut selalu memberikan tantangan berbeda di saat berkarya. Karakter cat air yang transparan, dengan kertas yang langsung menyerap warna tercampur air, membuat proses berkarya penuh dengan spontanitas. Menjadikan setiap proses berkarya berpeluang menemui kegagalan.

Secara visual karya Nur Ilham dan Manhendra Mangku terlihat berbeda bahkan bertolak belakang, yang satu realis dan lainnya abstrak. Mereka yang telah berteman semenjak Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) tahun 90an dan baru bertemu kembali sejak beberapa tahun terakhir melalui media sosial.

Walaupun secara kasat mata berbeda dalam gaya ungkap dan subject matter, sejatinya ada yang sama atau senada di balik perbedaan itu. Seperti telah diuraikan sebelumnya karya Nur Ilham tidak berhenti hanya menampilkan keindahan artistik saja, ada konsep estetik yang dibenamkan melalui pilihan objek-objek biasa yang sarat dengan makna berlapis metafora. Dalam proses berkarya tidak saja melakukan konstruksi atas berbagai aspek, tetapi ia juga kerap melakukan destruksi atas beberapa elemen dengan landasan estetika.

Begitupun pada penghayatan berkarya, Nur Ilham juga merasakan proses yang sama seperti motode yang dirumuskan Mangku. Menurutnya proses itu juga dilakoninya saat berkarya. Sangat penting dalam menyelaraskan antara ide atau pikiran, tangan (skill) dan rasa. Tanpa harmoni dari ketiga aspek tersebut, niscaya proses yang dilalui tidak akan mencapai hasil maksimal, terlebih seperti dalam karyanya yang realis. Dibalik perbedaan yang sunyata di antara karya mereka berdua, ternyata ada kesamaan yang tersirat di dalam penghayatan mereka masing-masing. Kesamaan tersebut menandakan ada sebuah nalar yang mendasari proses pelukis berkarya, mungkin dapat disebut sebagai “nalar rupa”. Nalar yang berbeda dengan logika linear atau rasionalitas, “nalar rupa” bisa sangat tidak linier, seiring dengan proses seniman dalam berkarya.

BACA JUGA:  Globalisasi dan Digitalisasi UMKM Sektor Pariwisata

Nalar rupa juga akan berbeda sesuai dengan media dan teknik yang mengikutinya, media cat air berbeda dengan cat akrilik yang opak, apalagi dengan cat minyak. Cat air memiliki nalar tersendiri di dalam hubungannya dengan air dan penyerapan kertas, karena itulah pilihan bahan terutama kertas sangat menentukan kualitas dari karya. Pilihan mereka pada media cat air sangat tidak mudah, selain persoalan penguasaan terhadap media, seni lukis cat hingga kini masih diapresiasi sangat minor dibandingkan dengan seni lukis akrilik terlebih lagi cat minyak. Berbagai asalan menyertai seperti persepsi kertas yang lebih murah dan susahnya perawatan untuk iklim tropis dan banyak lagi persepsi lainnya.

Menekuni seni lukis Cat Air tergolong berat. Terlebih lagi dalam menjustifikasi gagasan yang tidak biasa melampaui batasan untuk menggali berbagai kemungkinan yang dihasilkan dari lelehan warna yang diserap perlahan oleh kertas, hingga “menembus rasa”.

Di penghujung tahun 2019 ini, kami mencoba menghadirkan pameran yang tidak biasa dari dua pelukis yang sama-sama menekuni media cat air. Santrian Art Gallery senantiasa hadir untuk mempresentasikan karya-karya seniman Indonesia.

Post ADS 1