Event

‘Menenun Benang Merah’ Usaha BEDO Lestarikan Motif Endek Bali

GIANYAR, lintasbali.com – Business & Export Development Organization (BEDO) bekerja sama dengan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menggelar Soft Launching Buku “Menenun Benang Merah – Dokumentasi Motif Tenun Endek Bali” di Museum Arma, Ubud, Jumat (22/4/2022).

Event yang merupakan payung program tanggung jawab sosial lingkungan Sampoerna Untuk Indonesia (SUI) ini, juga diisi dengan Fashion Show, dan Bazar UMKM.

“Fokusnya di teman-teman penenun dengan membantu promosi mereka lewat buku, sehingga ini menjadi abadi dan bisa diteruskan,” ungkap Jeff Kristianto, selaku Ketua Yayasan BEDO, Jumat (22/4/2022).

Jeff Kristianto menjelaskan, pihaknya membukukan 13 penenun dari lima kabupaten di Bali (Jembrana, Gianyar, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar).

“Selain itu kami juga memilih 10 penenun untuk mendapatkan pendampingan pemasaran digital. Selama dua bulan, mereka akan didampingi anak-anak muda dari beberapa kampus yang sudah diajari cara memasarkan kain tenun lewat Instagram,” paparnya.

Buku “Menenun Benang Merah – Dokumentasi Motif Tenun Endek Bali” ini menurut Jeff Kristianto hanya dicetak sebanyak 200 eksemplar.

“Tidak dijual, dan akan dikirim ke perpustakaan nasional, kampus, dan penenun. Tapi buku ini juga bisa di-download dalam bentuk e-book,” jelasnya.

Lebih jauh, jeff menjelaskan kegiatan ini juga sebagai bentuk promosi pariwisata Bali apalagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara sangat menyukai endek sebagai busana khas Bali.

“Saat ini orang berwisata tidak hanya melihat alam yang indah ya, tapi juga budaya, apalagi Bali terkenal karena budayanya. Dan pariwisata paska pandemi, orang-orang lebih concern sama kearifan lokal,” paparnya.

Sementara Adinindyah selaku Koordinator Program Tenun KEBAYA (Kuat Ekonomi Bersama dan Berdaya) menjelaskan, selain launching buku, event ini juga diisi peragaan busana endek yang mengusung beberapa tema busana, antara lain kebaya evening, kebaya casualmodest wear, busana kerja dan lainnya, yang pembuatannya melibatkan perancang perempuan Bali yang tergabung dalam member BEDO dan Indonesian Fashion Chamber (IFC).

BACA JUGA:  TMMD ke 109, Satgas Terus Jaga Silaturahmi Dengan Masyarakat

Ada 10 desainer yang mengikuti peragaan busana ini. Diantaranya Dewi Suarjani yang berkolaborasi dengan pengrajin/penenun Nyoman Jayadi, Ayu Windy dengan Komang Budi Sasmita, Irma Lumiga dengan I Gusti Putu Karya, Agung Istri Sari Dewi dengan Wayan Ayun, dan Elfi Lilla dengan Ni Kadek Anggariasih. Termasuk dr Luh Wayan Sriadi, Neli Gunawan dengan Ketut Rajin, Angeliqa WU dengan Ni Made Laba, Agung Ratih dengan Ni Luh Sumertini, dan Vera Koraag dengan Made Adi Raharta.

Dari program ini, Tenun Endek Bali diharapkan dapat dikenal secara nasional bahkan internasional dengan adanya peran serta pemuda pemudi bali yang menjadi digital marketer dalam mempromosikan Tenun Endek Bali dan juga dengan adanya buku dokumentasi motif Tenun Endek Bali yang dapat diakses dengan mudah di mana saja dan kapan saja.

“Buku ini tidak hanya menampilkan pengetahuan tentang endek, tapi juga kita isi QR Code yang nyambung ke sosmed mereka (penenun) agar bisa promosi juga,” ungkap Adinindyah.

Pada tahun 2021, Program KEBAYA (Kuat Ekonomi Bersama dan Berdaya) Tahap I yang didukung penuh oleh SUI, dan dilaksanakan oleh BEDO sukses dilaksanakan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali.

Pada tahun 2022 Program KEBAYA dilanjutkan dengan memfokuskan pada Tenun Endek Bali. Dimulai pada bulan Februari 2022, program KEBAYA tahap II diberi nama Tenun KEBAYA.

Selama pelaksanaannya, program Tenun KEBAYA memberikan manfaat kepada 100 pelaku tenun, 100 pemuda-pemudi, dan 10 perancang perempuan Bali. (LB)

Post ADS 1