DENPASAR, lintasbali.com – Maraknya isu tentang menurunnya kualitas pariwisata di Bali mendapat tanggapan dari seorang tokoh pariwisata Bali, I Ketut Swabawa. Dirinya berpandangan dari sekian banyak yang dapat diupayakan salah satunya adalah dari faktor SDM lokal Bali itu sendiri.
“Khususnya yang pegang posisi pengambil keputusan ya, Direktur atau General Manager suatu usaha pariwisata ya harus komitmen mempertimbangkan aspek kualitas dan sustainability suatu produk serta usaha kepariwisataan”, kata Swabawa saat ditemui di sela-sela acara pembukaan BBTF 2025 di Westin Resort Nusa Dua Bali, Rabu, 11 Juni 2025.
Swabawa pernah mengungkapkan di masa reaktivasi industri pasca pandemi lalu bahwa para pemain di bisnis pariwisata semakin variatif dan kompleks. Dia mencontohkan kala itu investor dari perusahaan tambang atau kesehatan membeli hotel dengan harga murah saat itu.
“Kan itu saya sampaikan 2-3 tahun lalu, itu bisa jadi ancaman awal ketika modal investasi menjadi prioritas utama mengalahkan modal dasar sosial untuk memahami karakter budaya Bali dan komitmen menjaga alam dan tradisi. Dengan teknologi informasi dan komunikasi yang massif jadilah tuh barang dijual secara massal mengejar profit yang kuantitatif sampai perang harga,” lanjut Swabawa yang juga Ketua Umum DPP Association of Hospitality Leaders Indonesia tersebut.
Dirinya menyampaikan tidak antipati pada investor dan maraknya pembangunan fasilitas dan produk wisata baru di Bali.
“Enggaklah, kita bukan menolak, tapi tolong dong pertimbangkan juga carrying capacity Bali ini, manfaat sosial dan tingkat kebahagiaan masyarakat juga. Jangan menjadikan jumlah atau aspek kuantititas sebagai indikator kemajuan pariwisata Bali. 4 pilar sustainable tourism development dalam mewujudkan destinasi kepariwisataan yang berkelanjutan mesti dikawal ; pengelolaan yang berkelanjutan, keberlanjutan pada aspek sosial ekonomi, budaya dan lingkungan. Hal itu sesuai dengan Permen No 9 tahun 2021 dimana Pemerintah daerah juga mesti menerapkannya dalam regulasi daerah,” paparnya.
Usaha pariwisata harus dikelola dengan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan serta menghormati nilai kearifan lokal. Selain kompeten dan profesional, SDM nya harus berkepribadian bangsa dan berbudaya.
Ini salah satu visi besar Indonesia Emas 2045 dimana SDM Indonesia lebih maju, berdaya saing global menguasai teknologi dan berbudaya. Khusus untuk mengantisipasi overtourism dan dampak negatif yang muncul akibatnya, Swabawa mengingatkan kembali aspek pemerataan destinasi.
“Konsep Padma Buwana Bali sangat bagus untuk membangun pariwisata Bali lebih merata dan sesuai karakter zonasi wilayah. Saatnya investor menggarap kawasan Bali Timur – Utara – Barat yg tidak kalah eksotiknya dibanding Selatan. Konsep 3B yang diinisiasi Kementerian Pariwisata sejak 2024 lalu dapat menjadi bridging kemajuan kawasan tersebut”, tambahnya.
Sebagai konsultan bidang manajemen usaha pariwisata dirinya berpegangan teguh bahwa faktor SDM sangat penting dalam memperbaiki dan mengontrol laju pariwisata agar tidak salah arah.
“Yang jadi GM atau direktur perusahaan janganlah sampai diperbudak investor untuk lakukan hal hanya untuk kemajuan usaha namun berpotensi merusak Bali. Investor nanti bisa pindah, kita dan anak cucu generasi masa depan sebagai rakyat Bali yang menanggung segala akibat kerusakan alam, degradasi budaya dan kehilagan identitas Bali kita nanti,” pungkas Swabawa. (Ari)