News

Pembangunan Terminal LNG, Kemandirian dan Ketahanan Energi untuk Pariwisata Bali

DENPASAR, lintasbali.com – Dalam upaya mewujudkan Bali Clean and Green untuk mendukung pariwisata hijau (green tourism) yang sejalan dengan agenda utama pembahasan KTT G20 pada November mendatang, Pemerintah Provinsi Bali akan membangun terminal Liquifiied Natural Gas (LNG).

Pembangunan terminal LNG akan dilakukan oleh PT Dewata Energy Bersih (DEB) dengan menggandeng PT PLN (Persero) selaku perusahaan BUMN melalui anak perusahaannya PLN GG (Gas dan Geothermal). Seperti kita ketahui, PT DEB merupakan Perusahaan Daerah (Perusda) milik Pemerintah Provinsi Bali.

Ida Bagus Ketut Purbanegara, Humas PT DEB saat ditemui di Denpasar pada Rabu, 1 Juni 2022 menyampaikan pembangunan terminal LNG bertempat di Sidakarya, lebih tepatnya akan dibangun di blok khusus kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) I Gusti Ngurah Rai.

Purbanegara menjelaskan, memang terdapat 16 hektar blok khusus kawasan Tahura. Namun, pihaknya hanya akan memanfaatkan seluas 3 hektar saja untuk dijadikan Jetty (tempat bersandar kapal tangker_red).

Terminal LNG Sidakarya dengan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) yang telah terbit, diupayakan agar dapat selaras dengan Rencana Induk Pembangunan (RIP) Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-2019 yang sudah diatur dalam Perda No 3 Tahun 2019.

Rencana pembangunan Terminal LNG Sidakarya yang ditargetkan beroperasi untuk memasok gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran pada awal 2023 tanpa adanya proyek pengeboran.

Saat disinggung mengenai dampak dari dibangunnya terminal LNG di Bali bagi Pariwisata, pihaknya menyampaikan bahwa dapat mewujudkan ketahanan energi nasional utamanya pemenuhan kebutuhan listrik untuk pariwisata. Kemandirian energi di Bali akan sangat berdampak pada pariwisata.

“Jadi bagaimana kedepan Bali dapat mewujudkan kemandirian energi perlu adanya dukungan dari berbagai pihak. Jadi dengan adanya rencana ini kita berharap bisa berkontribusi besar bagi terciptanya penambahan lapangan kerja baru yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Bali dan Denpasar khususnya,” kata Purbanegara.

BACA JUGA:  STIKI Indonesia Gelar Sosialisasi Gempa Bumi Menggunakan Media Komik Edukasi

Dirinya mencontohkan, misalnya pasokan listrik dari Jawa melalui salah satu sambungan penyalurnya terputus atau mengalami gangguan, listrik di Bali tidak akan terganggu karena Bali memiliki terminal LNG yang akan mensuplay listrik keseluruh wilayah di Bali.

Penataan dan pengoperasian Terminal LNG nantinya juga merupakan upaya konkret dalam menjaga dan meningkatkan tren positif sektor pariwisata di Pulau Dewata dan untuk menaikkan tingkat competitiveness Bali dan memastikan ekonomi di Bali tumbuh kembali.

Dilansir dari Wikipedia, LNG merupakan gas alam cair yang telah diproses untuk menghilangkan pengotor dan hidrokarbon fraksi berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -160° Celcius. Gas alam cair yang berasal dari alam, berbeda dengan gas minyak cair yang berasal dari olahan Petroleum.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), LNG adalah gas metana dengan komposisi 90 persen metana (CH4) yang dicairkan pada tekanan atmosferik dan suhu -163 derajat celcius.

Sebelum proses pencairan, gas harus menjalani proses pemurnian terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan senyawa yang tidak diharapkan seperi CO2, H2S, Hg, H2O dan hidrokarbon berat.

Proses tersebut akan mengurangi volume gas menjadi lebih kecil 600 kali. Penyusutan ini membuat LNG mudah ditransportasikan dan dalam jumlah yang lebih banyak.

LNG ditransportasikan melalui kapal-kapal ke terminal-terminal LNG dan disimpan di tangki dengan tekanan atmosferik. Kemudian LNG dikonversi kembali menjadi gas dan disalurkan melalui sistem transmisi.

Sebelumnya juga diketahui, bahwa rencana pembangunan terminal LNG tersebut mendapat penolakan oleh sejumlah lapisan masyarakat seperti, Desa Adat Intaran, Kekal Bali, Frontiner Bali, serta Walhi Bali, yang mengkhawatirkan bahwa mega proyek tersebut berpotensi menghancurkan kawasan suci khususnya Pura di wewidangan Desa Adat Intaran Sanur yang terletak tak jauh dari tempat terminal ini akan dibangun. (AR/LB)

Post ADS 1