Pariwisata & Budaya

PERTARUHAN PARIWISATA BALI DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Denpasar, Lintasbali.com – Gong Telah Ditabuh! Industri pariwisata di Bali mengawali kebangkitannya dengan telah dibukanya destinasi untuk wisatawan nusantara. Menarik juga untuk mengintip dari sisi tantangan dan peluang yang dihadapi Bali saat ini menuju tahapan akhir atau fase ke-3 pembukaan destinasi untuk wisatawan mancanegara yang dirancang akan ditabuh kembali gongnya pada 11 September 2020 mendatang.

I Ketut Swabawa, CHA, tokoh muda pariwisata Bali yang selama ini sangat aktif terlibat, ikut mengamati dan juga memberikan pelatihan-pelatihan bidang kepariwisataan.

Ketut Swabawa, CHA

Ketika diberikan pertanyaan mengenai prediksi kunjungan wisatawan kedepannya, Swabawa mengatakan sulit membuat prediksi yang tepat untuk periode seperti sekarang ini. Namun dari perjalanan selama pandemi pertengahan Maret hingga sekarang serta upaya stakeholders di Bali dalam mengupayakan yang terbaik dari segi CHSE sebagai prasyarat pemenuhan atas customer behaviour change, Swabawa melihat adanya fenomena kerinduan orang-orang untuk berlibur khususnya ke Bali dimana suasana berlibur itu memang terasa sangat hidup.

Ia memiliki pemikiran dalam jangka pendek misalnya 3 bulan kedepan, kemungkinan occupancy rate masih pada tingkatan single digit secara destinasi, namun dalam unit bisnis bisa menjangkau 20-22% tergantung karakter produk atau bahkan daily occupancy misalnya weekend akan mencapai 60% mengingat sekarang ini banyak hotel menawarkan paket menarik sebagai gimmick menarik pelanggan. Secara keseluruhan proses ini harus diikuti dan dicermati setiap perkembangannya.

Terkait dibukanya destinasi terhadap fenomena bisnis saat ini, Swabawa berpendapat bahwa ini merupakan pertaruhan besar bagi pariwisata Bali.

“Kita perhatikan Bapak Gubernur Bali sudah sangat tepat dalam mempertimbangkan aspek penanganan COVID-19 yang seimbang dengan aspek penanganan ekonomi. Hal tersebut tertuang dalam deklarasi di Besakih pada 5 Juli lalu bahwa penekanannya pada Tatanan Kehidupan Era Baru Masyarakar Bali yang Produktif dan Aman COVID-19. Ini program yang brilliant saya kira dimana pengusaha ingin mengoperasikan usahanya dan pemerintah membuka akses untuk itu asalkan semua pihak mampu menciptakan suasana yang aman terhadap penyebaran virus, artinya jangan sampai usaha bergerak namun penyebaran virus tetap tinggi tanpa ada upaya yang signifikan dalam pencegahannya”, papar Swabawa.

BACA JUGA:  K. Swabawa, CHA : Potensi Kintamani Dalam Pariwisata Adaptasi Kebiasaan Baru

Jika semua pihak komit pada protokol kesehatan, business environment akan baik-baik saja. Apalagi beberapa kantor kementerian telah diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo untuk segera membelanjakan anggarannya dan mengadakan kegiatan-kegiatan di Bali sebagai destinasi super prioritas. Seperti yang disampaikan Menparekraf di Nusa Dua, jika Bali bangkit maka daerah lainnya juga akan ikut bangkit. Maka ekonomi Indonesia Bangkit!

Swabawa juga menyampaikan, tantangan yang masih mengganjal saat ini menuju recovery pariwisata Bali pasca Covid-19 yaitu kita saat ini harus hidup berdampingan dengan corona selama vaksinnya belum ditemukan.

Yang disebutkan sebagai pertaruhan bagi pariwisata Bali di atas adalah terkait reputasi. Reputasi ini kan muncul dari customer perception, tidak bisa hanya dengan jargon atau tagline baru dan sebagainya. Customer perception diawali dengan kepercayaan yang muncul setelah adanya experience dan testimoni. Trust is the new currency, semua orang akan menuntut konsistensi pada komitmen. Kepercayaan adalah flagship suatu destinasi dalam customer’s approach.

“Saya pribadi melihat tantangan terbesar kita sekarang ada di sana, membentuk kepercayaan publik atas segala upaya jerih payah yang telah kita persiapkan ini. Ini akan terasa mudah dan ringan jika kita semua satu suara, persamaan persepsi dan komitmen. Yang terpenting satu komando juga lalu didukung semua elemen”, jelas Swabawa.

“Saya seorang praktisi yang terbiasa dan fokus pada customer satisfaction. Di unit bisnis target kami bukan hanya revenue yang tinggi saja, namun business sustainability juga dan tentunya destination value dimana konsumen akan merasa nyaman berlibur di pulau dewata yang terkenal di dunia ini”, jelas Swabawa.

Pertanyaan tersebut ditanggapinya dengan mengkombinasikan tanggapan dirinya sendiri di atas tadi yaitu : pertaruhan – produktifitas – customer approach – trust – komitmen. Menurutnya upaya kita di Bali ini masih parsial dalam membangun customer trust sebagaimana kita lihat proses verifikasi kesiapan era baru di kabupaten/kota dengan adanya perbedaan satu sama lain.

BACA JUGA:  Melalui ASEAN Toolboxes Training, Sekolah Perhotelan Bali Siapkan SDM Berstandar Regional dan Global

Bukan hanya mekanismenya, bahkan konten yang dicek juga beragam. Swabawa mencontohkan untuk akomodasi ada 10-15 item yang dicek, dan wilayah lain ada yang sampai ratusan item. Sebaiknya ada 1 posisi sebagai organisator secara destinasi yang akan menjalankan fungsi monev (monitoring dan evaluasi, red) atas kualitas dan pencapaian sistem verifikasi per wilayah misal kabupaten-kota.

“Maaf di sini saya tidak mengatakan ini itu salah atau benar. Saya berpikir customer trust ini tidak bisa dibangun atau disiapkan secara berbeda-beda per wilayahnya. Secara kepulauan seperti Bali ini harus ada guarantee atas apa dan bagaimana target dari verifikasi ini sebagai bagian dari membangun trust. Tamu yang kecewa di Candidasa, Ubud, Sanur, Nusadua dan lainnya akan sebut Bali bukan hanya tempat dimana mereka menginap”, lanjut Swabawa.

Swabawa menekankan jika kita jangan terlena dengan tamu yang mungkin akan semakin ramai, program pemprov sangat jelas : produktif dan aman covid. Kita tentunya sangat senang jika pariwisata Bali segera pulih, namun itu akan mudah tercapai hanya jika kita semua komitmen pada upaya penerapan protokol kesehatan secara konsisten.

“Jangan hanya sekedar ketika diverifikasi. Penegakan hukum harus dihadirkan juga, tertibkan dan beri sanksi bagi yang melanggar. Karena ini pertaruhan pariwisata kita di dunia internasional. Saatnya wacana quality tourism diwujudkan secara nyata”,  tutup Swabawa. (RedLB)

Post ADS 1