DENPASAR, lintasbali.com – Belakangan ini wacana penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia mendapat respon beragam di kalangan masyarakat dan praktisi pariwisata di Bali. Pro dan Kontra mewarnai rencana pemerintah dalam menekan kasus Demam Berdarah di Provinsi Bali.
Salah satunya datang Ketua Bali Villa Association (BVA) 2021-2026, Putu Gede Hendrawan saat ditemui di Denpasar pada Jumat, 17 Nopember 2023. Ia mengatakan sangat menolak rencana tersebut.
“saya sangat menolak karena penyebaran bibit nyamuk ini tidak jelas fungsi dan tujuannya. Apakah murni untuk kesehatan atau malah menimbulkan penyakit baru,” kata Hendrawan.
Menurutnya, dari sejumlah pembahasan diluar sana jangan sampai Bali malah dijadikan objek eksperimen dari penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia ini. Pemerintah saja belum menjelaskan secara detail maksud dan tujuan dari penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia ini di Bali.
“Kita tidak ingin ada bibit-bibit penyakit baru yang ditimbulkan dari penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia. Jadi kami sangat menolak sekali,” imbuhnya.
Seperti yang kita ketahui, pariwisata Bali mulai bangkit dan pulih pasca pandemi covid-19. Hendrawan berharap kepada pemerintah agar lebih jeli dan berhati-hati dalam memutuskan sesuatu terutama rencana penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia di Bali.
“Jangan sampai ini menjadi wabah kedua yang dapat menggangu pariwisata di Bali. Ayolah bangkit bersama. Jangan main-main dengan kesehatan masyarakat,” pungkasnya.
Dirinya berharap pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat secara detail maksud dan tujuannya. Sampaikan pula hasil riset dan eksperimen yang sudah dilakukan dari rencana penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia secara detail sehingga dampak yang ditimbulkan nanti diketahui masyarakat.
JFT Epidemiolog Ahli Masya Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Asik Surya, MPMM dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu di Denpasar mengatakan bahwa, Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Bali masih menjadi perhatian yang serius oleh semua kalangan, terutama oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Bali.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali, mencatat 7.068 kasus DBD telah terjadi di Provinsi Bali dari Bulan Januari hingga Bulan September 2023. Selain itu Dinas Kesehatan Kota Denpasar sendiri mencatat 1.305 kasus DBD sejak bulan Januari – September 2023.
Lebih lanjut dijelaskan, Metode Wolbachia merupakan terobosan dari organisasi World Mosquito Program (WMP) yang telah diimplementasikan di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk Indonesia. Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di 50% serangga yang ada di bumi dan dinyatakan aman untuk manusia, hewan dan lingkungan.
“Wolbachia mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga tidak menularkan penyakit Dengue, Zika dan Chikungunya. Di Indonesia Wolbachia WMP pertama kali dilakukan di Yogyakarta. Hasilnya metode Wolbachia ini terbukti berhasil menurunkan 77% kasus DBD dan 86% rawat inap di rumah sakit,” kata Asik Surya.
Peneliti metode Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Citra Indriani, dalam sebuah pertemuan di Denpasar menyampaikan bahwa bahwa metode Wolbachia sudah teruji secara klinis efikasinya. Dimana, telah dilaksanakan uji klinis dari tahun 2011- 2020. Dari hasil uji klinis tersebut, metode Wolbachia aman bagi lingkungan, hewan dan manusia, serta bukan merupakan produk rekayasa genetika (GMO).
Dikatakannya, penerapan Metode Wolbachia ini telah dilaksakan di Kota Jogjakarta (2020), Sleman (2021), Bantul (2022). Terdapat penurunan kasus yang signifikan didaerah tersebut. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022 metode Wolbachia di implementasikan di 5 kota lainnya yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang. Nyamuk ber-Wolbachia yang telah diimplementasikan di 5 kota tersebut juga sama dengan yang akan disebarkan di Bali.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Kota Denpasar, dr. AA Ayu Candrawati mengatakan bahwa Sensing Implementasi Metode Wolbachia ini dilaksanakan sebagai bentuk sosialisasi bagi masyarakat. Sehingga dalam implementasinya nanti masyarakat mengetahui secara jelas bagaimana proses kerja Metode Wolbachia.
“Tentunya harapan kami inovasi ini dapat mendukung optimalisasi penanganan DBD di Provinsi Bali, khususnya Kota Denpasar,” ujarnya. (AR)