Klungkung, Lintasbali.com – Desa Kamasan, 43 kilometer dari arah kota Denpasar adalah sebuah desa dengan dukungan sebanyak 5 (lima) dusun dan jumlah warga sekitar 4289 orang, adalah sebuah desa dengan keunikan atau kekhasan tersendiri. Keunikan desa ini hanya satu-satunya ada di Bali, yang berlokasi di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
Apa keunikannya? Dimulai dari nama desanya yaitu Kamasan, adalah sebuah nama yang dalam perjalanan sejarahnya erat terkait dengan Raja yang berkuasa di Klungkung pada saat itu. Melalui situs resminya dijelaskan bahwa kata Kamasan atau “Ka-emas-an” adalah nama yang cukup tua untuk komunitas orang-orang yang mempunyai pekerjaan dalam bidang memande yaitu Pande Mas sesuai dengan nama salah satu banjar di desa Kamasan.
Latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu tahun 994 Saka atau tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama desa Kamasan secara etimologi terdiri dari kata yaitu Kama yang berarti bibit dan San yang berarti indah.
Bukti arkeologis yang ditemukan berupa tahta-tahta batu, arca menhir, lesung batu, palungan batu, monolit yang berbentuk silinder, batu dakon, lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali yang pernah ditemukan pada tahun 1976 dan 1977, yang tersebar di desa-desa Kamasan dan sekitarnya memberi petunjuk bahwa komunitas tersebut cukup tua umurnya.
Dari temuan arkeologis tersebut juga memberi petunjuk bahwa tradisi megalitik pernah mewarnai kehidupan komunitas di desa Kamasan dan sekitarnya, yaitu kehidupan komunitas pra Hindu yang berakar pada masa neolitikum (± 2000 tahun SM).
Tradisi Megalitik telah diserap oleh para undagi dan ke-pande-an pada periode kemudian. Para Pande semakin dikenal dan difungsikan oleh Raja (Ida Dalem) sejak kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651). Produk seni ukir pada logam emas atau perak yang berbentuk pinggan (bokor, dulang dll) telah dijadikan perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel.
Selain seni ukir, berkembang pula seni lukis wayang untuk hiasan di atas kain berupa bendera (kober, umbul-umbul, lelontek), kain hiasan (ider-ider dan parba) yang menjadi pelengkap dekorasi di tempat-tempat suci (pura) atau bangunan di komplek Keraton.
Sejak pemegang tahta kedua berkuasa yaitu Dalem Waturenggong (1460-1550) kerajaan Gelgel mencapai puncak kemasyuran, maka keemasan Kamasan dikenal pula sebagai desa pengrajin.
Oleh Raja Waturenggong, desa yang memiliki banyak pengerajin dan seniman lukis (pelukis), khususnya lukisan Kamasan, dipandang sangat penting karena seni dianggap sebagai unsur penting dalam menjaga keselarasan lewat karya seni sakral maka menjadi tugas penguasa pada saat itu untuk melindungi serta memelihara kesenian yang ada di Desa Kamasan. Pada masa pemerintahan Waturenggong inilah kesenian di Bali secara umum mengalami masa pencerahan karena sang raja sendiri yang sangat menyukai seni-budaya.
Pada perkembangan berikutnya hingga saat ini, dimana dunia pariwisata juga telah menjadikan Desa Kamasan sebagai salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara, telah mengalami perluasan produk pengrajin yang beragam, tidak hanya terbatas pada lukisan wayang Kamasan, ukiran emas dan perak tetapi muncul pula seni ukir yang berbahan tembaga atau kuningan dan peluru.
Produk kesenian mereka berupa lukisan atau ukirannya banyak dipesan oleh wisatawan mancanegara atau nusantara. Seperti dalam keterangan perjalanan sejarah dari perkembangan lukisan wayang Kamasan, sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional yang tidak saja memunculkan keindahan namun banyak memiliki nilai-nilai spiritual penuh makna sesuai dengan ajaran agama Hindu.
Inilah yang menjadikan lukisan wayang Kamasan itu menjadi sesuatu yang unik, bahkan hanya bisa dibuat oleh warga Desa Kamasan itu sendiri. Keaslian dan keunikan ini, oleh pemerintah Kabupaten Klungkung kemudian Desa Kamasan ditetapkan sebagai salah satu Desa Wisata, yang memiliki nilai jual sebagai sebuah destinasi bagi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Bentuk karya berupa lukisan wayang Kamasan yang unik ini, bernilai sangat original dan tidak bisa ditiru oleh daerah atau desa lainnya yang ada di Bali. Salah satu tempat sebagai objek wisata terkenal di Bali, yang keberadaannya ada di pusat kota Kabupaten Klungkung, yaitu balai Kerta Gosa.
Di balai Kerta Gosa inilah, bangunan-bangunan yang ada dipenuhi dengan hiasan berupa lukisan wayang Kamasan. Menjadi sangat unik dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan dimana para wisatawan akan mendapatkan penjelasan yang sangat menarik bahkan mendetail oleh para pemandu wisata (guide) terkait arti dan makna dari lukisan-lukisan bergaya Kamasan yang terpajang di keseluruhan atap bagian dalam (ceiling) dari bangunan balai-balai di Kerta Gosa.
Hingga saat ini balai Kerta Gosa yang dipenuhi dengan nilai sejarah serta dihiasi lukisan bergaya Kamasan ini, menjadi daya tarik tersendiri sebagai sebuah objek wisata yang terkenal dunia internasional yang ada di Kabupaten Klungkung.
Kabupaten Klungkung sebagai pusat kebudayaan di Bali, senantiasa melakukan upaya dalam rangka pelestarian seni budaya serta memajukan daerah untuk meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakatnya. Dari pengertian nama Desa Kamasan, oleh para tetua dan tokoh seni dan budaya dirumuskan bahwa Kamasan sebagai nama desa sekarang ini mengandung makna bahwa setiap kelahiran anak manusia di Desa Kamasan diharapkan merupakan manusia-manusia yang memiliki sumber daya yang berbobot dan disertai nilai keindahan yang tinggi.
Demikian juga halnya bagi manusia-manusia yang terlahir di Kabupaten Klungkung, terlahir dari bibit yang baik sebagai sumber daya manusia berbobot dalam memajukan Kabupaten Klungkung sebagai pusat seni dan budaya di pulau Bali. Semoga terwujud, Klungkung bangkit dan Bali segera pulih serta terhindar dari mara bahaya yang lebih besar. Rahajeng Rahina Tumpek Wayang.
Ditulis oleh : IB. Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si
Dosen Program Studi Pendidikan Agama
Fakultas Pendidikan – Universitas Hindu Indonesia Denpasar