News

Selamatkan Potensi Rumput Laut Nusa Lembongan

DENPASAR, lintasbali.com – Pariwisata berkelanjutan bukan hanya terbatas pada pengelolaan sampah dan dampak negatif yang dihasilkan oleh industri global tersebut. Namun terdapat 4 pilar yang diperhatikan untuk keseimbangannya.

“Pertama sistem pengelolaan, lalu keberlanjutan dampak sosial ekonomi, budaya dan lingkungan. Untuk Lembongan ini ada potensi rumput laut yang hampir punah, ini potensi lokal yang sebenarnya dapat memberi kontribusi ekonomi untuk warga lokal dan menjadi komoditas Klungkung dan Bali karena sudah langka keberadaanya. Bahkan seaweed ini di dunia internasional sangat diminati,” kata Ketut Swabawa, praktisi pariwisata saat dihubungi ketika sedang berada di kawasan wisata Nusa Lembongan, Sabtu, 30 Agustus 2025.

Ketut Swabawa (kiri) bersama rekan saat berada di Kawasan Pertanian Rumput Laut, Nusa Lembongan

Ditambahkannya bahwa selama ini fokus pengelolaan pariwisata hanya ada industri dan pemasaran, sistem kelembagaan berjalan begitu saja dan minim inovasi.

“Kami berharap pariwisata itu dikelola secara menyeluruh, masyarakat jangan ditinggalkan dan akan frustasi akhirnya serta meninggalkan kultur sosial maritim khususnya pertanian rumput laut ini. Pemerintah harus peka terhadap hal begini karena bisa mengganggu ekosistem kepariwisataan di suatu destinasi,” kata pria yang juga konsultan bidang manajemen perhotelan dan Ketua Umum DPP Association of Hospitality Leaders Indonesia tersebut.

Dilansir dari halaman Kementerian Kelautan dan Perikanan RI disebutkan bahwa rumput laut merupakan komoditas strategis dalam pembangunan Ekonomi Biru Indonesia, tidak hanya sebagai sumber penghidupan masyarakat pesisir, tetapi juga sebagai solusi untuk ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim, serta pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Berdasarkan Data Future Market Insights, nilai pasar rumput laut global diproyeksikan mencapai USD 9,4 miliar pada tahun 2025 dan akan meningkat menjadi USD 23,9 miliar pada tahun 2035, dengan CAGR sebesar 9,8 persen. Dari total potensi lahan budidaya rumput laut di Indonesia, baru sekitar 11,65% yang dimanfaatkan, yang berarti peluang pengembangan budidaya rumput laut masih sangat besar.

BACA JUGA:  Hari ini, Denpasar Tambah Tiga Pasien Positif Covid-19, Total Jadi 81 Orang

Untuk mendukung perluasan dan peningkatan produktivitas, KKP telah membangun modeling budidaya rumput laut di beberapa daerah seperti Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Rote Ndao (NTT), dan Kabupaten Maluku Tenggara (Maluku).

Swabawa akan mengupayakan adanya perhatian serius dari pemerintah pusat untuk membantu pengembangan ekowisata berbasis pertanian rumput laut tersebut.

“Kami akan coba ajukan agar di Lembongan ini ada terobosan strategis untuk menghidupkan dan melestarikan pertanian rumput laut. Bali juga butuh destinasi tematik ke depannya selain pertanian, budaya dan buatan untuk memperhatikan predikat sebagai primadona destinasi dunia,” pungkasnya. (LB)

Post ADS 1