MANGUPURA, lintasbali.com – Ketua Umum (Ketum) Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat hasil Mahasabha XII, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya yang akrab disapa WBT angkat bicara tentang apa menjadi polemik terkait Dresta (adat kebiasaan) Bali.
Pihaknya menyampaikan secara holistik, secara umum apa itu peradaban budaya, adat, seni dan agama. Mengatakan, bahwa agama Hindu betul-betul komprehensif dan jangan melihat hanya sepotong. Melihat Hindu seperti melihat Pancasila sebagai dasar negara harus juga melihat sila-sila lainnya.
“Secara keseluruhan kita harus sampaikan. Bicara Tuhan tentu juga ngomong manusia yang beradab. Bicara beradab tentu satu kesatuan. Raket piteket sekadi sampat lidi (rekat melekat seperti sapu lidi-red). Duduk bersama saling sharing, saling isi-mengisi, saling membangun, baru nanti masalah keadilan sosial kesejahteraan,” tegas WBT kepada wartawan di Mengwi Badung Bali, Kamis, (9/12) tiga pekan lalu.
WBT yang mantan Danjen Kopassus ini menyiratkan, bagaimana nanti ke depan membawa umat Hindu lebih sejahtera. Maka, selalu mendengar dan mengingat tutur orangtua tentang Tata Tentrem Kertha Raharja.
Menata diri sendiri dahulu baru menata keluarga yang ‘Parintih’ (menjadi sakinah). Jadi bapak, ibu, anak betul-betul guyub. Saling mengingatkan, tidak ada merasa hebat di muka bumi sehingga mau belajar dan mau melatih diri.
“Mampu mengendalikan Panca Indria, Dasa Indria, Eka Dasa Indria. Mata, hidung, telinga, kulit, mulut, kaki, kelamin, tubuh, ditambah pemikiran. Ini yang terus kita sampaikan agar mereka bisa eling (ingat) supaya ada Sapta Timira-Nya. Niki (ini) perlu diingat jangan dia sombong karana dia gantengnya, cantiknya, pangkat jabatan, kedudukan, kesehatan. Kita sama-sama mengintrospeksi ke dalam untuk kita membangun umat kita ke depan,” tutur Wisnu, lulusan Akmil 1981 ini.
Purnawirawan jenderal bintang dua ini menegaskan, kalau menyebut diri Hindu tentu ada Panca Sradha sebagai dasar agama dan Tri Kerangka Agama Hindu. Tatwanya (Filsafat), etikanya (Susila), termasuk upacara dan acara upakaranya.
“Itu yang disebut tadi Dresta tadi. Kalau ngomong dresta bagaimana tentang Kuno Dresta, Sastra Dresta, Loka Dresta, Gunan Kulo Dresta, adat istiadat Desa Mawacara, Desa Kala Patra kita juga ikuti,” imbuhnya.
Satu sisi WBT yang mantan Koordinator Staf Ahli Panglima TNI ini mengingatkan akan program pemerintah untuk selalu membumikan Pancasila dari Paud sampai Perguruan Tinggi.
Terutama intinya adalah patriotisme, nasionalisme, agar betul mempunyai jiwa patriotik jadi warga negara yang baik serta cinta terhadap tanah air.
“Di sisi agama ada moderasi agama betul-betul ada keseimbangan tidak ke kanan, tidak ke kiri. Tidak ekstrim kanan, tidak ekstrim kiri, kita betul-betul seimbang. Maka betul-betul membangun jiwa dan raganya. Makanya sering saya sampaikan dalam ceramah sederhana itu, men sana, men sano. Badannya sehat, jiwanya sehat, spiritualnya bagus. Ini konsep dasar untuk menyiapkan umat kita terutama mengenai literasi beragama dalam Hindu,” pungkas WBT. (Tim)