Hiburan News Pariwisata & Budaya Seputar Bali

Tari Baris “Tengklong” Pasukan Gerak Cepat Kerajaan Badung

Denpasar, Lintasbali.com – Seni budaya dalam bentuk Tari Baris Tengklong kembali dipopulerkan untuk mengingatkan masyarakat Kota Denpasar, Badung, dan Bali pada umumnya menyangkut sejarah dan tradisi supaya tidak diabaikan generasi muda saat ini.

Penglingsir Puri Pemecutan Badung Drs. Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga, mengatakan bahwa Tari Baris Tengklong sebagai simbol pasukan gerak cepat sebagai pasukan andalan dan berperan penting di masa Kerajaan Badung. Di mana zaman dahulu orang tidak ada kendaraan dan hanya mengandalkan kesaktian (kadiatmikan).

Penglingsir Puri Pemecutan Badung Drs. Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga ingin bangkitkan pecut sakti yang dimulai dari Gerenceng melalui Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama Tahun 2020, Senin (21/12) kemarin.

“Kerajaan Badung memiliki tiga senjata utama, yaitu Keris, Tuluk Empet, dan Pecut Sakti. Jadi simbol keris (di lidah) bisa membunuh orang, pecut (di perut) membimbing, memimpin, dan mengolah kebijaksanaan, dan tuluk empet (jnana atau pemikiran) dan di sanalah kehebatan pusaka Kerajaan Badung,” ucapnya, Senin (21/12) kemarin.

Diketahui Tari Baris Tengklong terdapat di Pura Tambang Badung Kelurahan Pemecutan, yang dalam Buku Sejarah Pura Tambang Badung karya Darmanuraga dan Phalgunadi (2016) menyatakan bahwa Baris Tengklong sebagai pasukan khusus yang tercipta di zaman kepemimpinan Ida Kyiayi Ketut Pemedilan sebagai perintis kelahiran Puri Pemecutan Badung.

Konon cerita, Ida Kyiayi Ketut Pemedilan diketahui memiliki kemampuan tingkat tinggi, baik secara fisik dan spiritual tinggi, serta gerakan sangat cepat seperti macan hutan. Ia pun mendapat julukan Ida Bhatara Macan Gading/Kyayi Macan Gading sekaligus pula menjadi orang kepercayaan dari Raja Puri Tegeh Kori Tegal di zamannya. Pasukan yang disusun bernama Barisan Poleng karena berpakaian serba poleng, selain itu dikenal kebal dan sekali melompat beberapa meter jarak terlewati.

BACA JUGA:  Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si, Direktur Eksekutif PHRI Bali

Pasukan ini dipimpinnya dalam perang Gelgel 1677 untuk mengusir Kyayi Agung Maruti. Untuk mengenang pasukan ini maka di Pura Tambang Badung setiap ada acara maprani di hari Penampahan Galungan maka Baris Poleng ini akan ditampilkan. Penarinya akan menampilkan tarian baris yang menunjukkan kehebatan loncatan dengan meloncat dari sudut panggungan yang satu ke sudut yang lain. Di mana menari dengan satu kaki, sebab satu kaki nekuk atau nongklong maka disebut Baris Tengklong.

Keberadaan pasukan poleng bahkan pernah terlibat membantu Ida Dalem Klungkung dalam pemberontakan Agung Maruti sebagai patih Klungkung, disebut ingin menguasai Kerajaan Klungkung untuk mengambil tahta kerajaan. Dari karena itu, Ida Dalem Klungkung mengungsi ke daerah Bangli (Desa Guliang), Badung pun diminta bantuannya membebaskan Kerajaan Klungkung, khususnya Ida Dalem Klungkung dari tawanan Agung Maruti dan Badung yang membantu mengalahkan patih Agung Maruti.

Dari catatan cerita bahwa setelah memperoleh kemenangan kemudian dilakukan perayaan di Pura Tambang Badung, yang mana dengan menghaturkan syukur pesta dengan simbol prani oleh pasukan raja saat Penampahan Galungan. Di saat bersamaan untuk menikmati lungsuran, raja ingin atraksi seni yang mencerminkan sikap kesatria ketika menyerang Patih Agung Maruti, lalu muncullah tarian Baris Tengklong yang diiringi gamelan gong kebyar sekaligus diiringi gending-gending kawitan dan pengawak. Keberadaan Tari Baris Tengklong lewat busana udeng putih, baju hitam (kemeja), selendang merah, saput poleng, dan kamen hitam.

Setelah itu, Tari Baris Tengklong pun hanya bisa dipentaskan di Jaba sisi Pura Tambang Badung, penarinya sendiri oleh anak laki-laki atau krama di Banjar Kerandan, yang dipercaya sebagai tangan kanan raja untuk menjaga dan melindungi Kerajaan Pemecutan.

BACA JUGA:  Pelangi Bali : Bali Kite Festival 2021 Sementara Tidak Diadakan, Rare Angon Harap Bersabar

“Tarian Baris Tengklong adalah tari sakral (tari wali) ini gerakannya seperti nengkleng, yang mana melompat dengan melipat salah satu kaki ke belakang dan penari dalam pementasan Tari Baris Tengklong hanya empat orang penari dan menyesuaikan sudut pepanggungan lewat bentuk segi empat dan menari dengan rasa tulus ikhlas,” ujarnya.

Dari kisah Baris Tengklong demikian mengingatkan perjuangan di masa kerajaan terdahulu dan akan di tuangkan dalam pementasan kembali dalam Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama Tahun 2020.

“Pura Masopahit adalah taksu Kerajaan Badung di sana, sebelum Tegal jatuh, oleh Ida Panglingsir Kerajaan Badung di sini dulu masemaya dengan keluarga dan baru melakukan penyerangan ke Tegal, dan Tegal sudah kalah taksu lebih dahulu,” katanya.

Di mana rencananya akan diisi acara olahraga pecut, demo permainan pecut, tari kreasi pecut, pentas seni nusantara, dan pameran budaya, di mana akan dilaksanakan, Sabtu 26 Desember 2020 di Puri Gerenceng Pemecutan di Jalan Dr. Sutomo.

Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga berharap kegiatan ini dihadiri pemimpin-pemimpin di Bali, salah satunya Bupati Badung sebagai awal yang baik di Tahun 2021.

“Kami ingin mengajak demi kesadaran kita bersama dari mana Kerajaan Badung itu lahir, semuanya lahir dari Pecut Sakti (Paica dari Ida Bhatari Danu) ini. Kami ingin bangkitkan menjadi satu keluarga kita, dan di Gerenceng lokasinya sebagai simbol dari lokasi perencanaan dan kelahiran Kerajaan Badung berkait dengan Pura Maospahit dan Gerenceng. Apa salahnya kalau gelar Festival Pecut, yang tujuannya adalah melecut saudara-saudara kita untuk bersatu kita mulai dari Gerenceng kembali,” tandasnya. (*/MB)

Post ADS 1