LINTASBALI.COM – Perjalanan Toko Kopi Tuku dimulai pada tahun 2015, dari sebuah kedai kecil di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan. Berawal dari niat sederhana untuk menyajikan kopi yang cocok di lidah warga sekitar, Tuku menjelma menjadi salah satu pionir dalam membawa kopi lokal ke hati masyarakat urban Indonesia.
Dari awal berdirinya, Toko Kopi Tuku memiliki filosofi kuat: kopi bukan sekadar minuman, tetapi juga medium silaturahmi. Konsep ini terlihat jelas dari lahirnya Es Kopi Susu Tetangga perpaduan kopi, susu, es, dan gula aren yang awalnya dibagikan kepada tetangga sekitar sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan. Tanpa disangka, minuman ini menjadi favorit dan mulai menyebar dari mulut ke mulut, dari satu tetangga ke tetangga lainnya.
Daya tarik Es Kopi Susu Tetangga tidak hanya pada rasanya yang khas dan akrab, tetapi juga pada nilai kehangatan dan keterikatan sosial yang dibawanya. Gotong royong warga sekitar yang terus bercerita tentang kopi favorit mereka menjadi kekuatan pendorong Tuku untuk terus berkembang.
Toko Kopi Tuku tumbuh bukan karena tren semata, melainkan karena semangat untuk membangun ekosistem kopi lokal yang berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi, Tuku terus berusaha meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kopi Indonesia—baik dari sisi petani di hulu, hingga konsumen di hilir.
Kini, memasuki tahun ke-10 perjalanannya, Toko Kopi Tuku telah hadir di 65 lokasi yang tersebar di berbagai kota seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Jawa Timur, hingga Bali. Meski telah berkembang pesat, nilai awal Tuku tetap sama: menyajikan kopi yang jujur, hangat, dan menyatukan.
Dari Cipete untuk Indonesia, Toko Kopi Tuku terus menyeduh harapan dan membagikan cerita secangkir demi secangkir.
Setelah hadir di berbagai kota di Indonesia. Toko Kopi Tuku (TUKU) kini membuka pintu di Renon, Bali. Kehadiran ini memperkuat komitmen TUKU terhadap kesehanan hadir secara hangat, relevan, dan lokal, sambil terus beradaptasi dengan kebutuhan tetangga melalui format yang kontekstual dan inklusif Dibangun atas kepercayaan dan konsistensi.
TUKU tumbuh sebagai gerakan yang mempererat hubungan antar tetangga dengan memperluas akses, menanamkan prinsip keberlanjutan, dan menciptakan produk yang terasa dekat dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Bali dipilih bukan hanya sebagai destinasi wisata dunia, tetapi juga sebagai ruang hidup yang hangat, beragam, dan dekat dengan budaya berkumpul. Lebih dan itu, Bali adalah jendela dunia untuk Indonesia-tempat dunia datang untuk mengalami rasa, cerita, dan nilai-nilai lokal secara langsung.
“Sejak awal, TUKU lahir dari niat sederhana bikin kopi yang bisa dinikmati tetangga. Di Bali kami datang dengan semangat yang sama. Sederhana, hangat, dan bertumbuh bersama masyarakat. Namun, kami juga melihat Bali sebagai ruang strategis untuk membuka jalan menuju global, tanpa meninggalkan akar kami di Cipete. Jakarta Selatan,” ujar Andanu Prasetyo CEO & Founder TUKU.
Pilihan lokasi pun mencerminkan semangat ini mengakar secara lokal, namun terbuka untuk dunia. Renon dipilih karena berada di titik pertemuan antara kawasan lokal dan komersial Denpasar, Lokasinya yang aktif dan beragam menjadikannya tempat yang tepat untuk menghadirkan toko pertama TUKU di Bali-dekat dengan kehidupan sehari-han, namun tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin singgah dan merasakan cerita dari jenama yang mengutamakan relevansi.
TUKU Renon hadir dengan wajah yang sederhana, menghadirkan suasana hangat untuk saling menyapa dan berbagi cerita. Kopi di sini bukan sekadar produk, melainkan medium untuk membangun koneksi, mengenal nilai lokal, dan menyatukan konteks global. Setiap produk minuman dan makanan membawa cerita tentang tempat proses, dan semangat gotong royong yang menjadi identitas TUKU.
Komitmen terhadap keberlanjutan tercermin dalam desain toko. TUKU Renon menggunakan material daur ulang seperti limbah kopi untuk tegel lantai, serta permukaan meja dari plastik daur. (LB)




