MANGUPURA, lintasbali.com – Menarik dan menjadi perhatian turis. Karya-karya seni lukis analog dan digital yang dipamerkan Whoa!Frank di Pendopo Lobby Apurva Kempinski Bali menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung di hotel tersebut.
Memang, menjelang libur Natal dan akhir tahun, hotel yang beralamat Jalan Raya Nusa Dua Selatan, Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali ini terjadi peningkatan pengunjung.
Maka, karya seni lukis yang disajikan oleh para perupa Bali dibawah Whoa!Frank itu seakan menyambut indah kehadiran para wisatawan di Pulau Dewata.
Pameran karya lukisan analog dan digital dibuka secara resmi oleh Founder Whoa!Frank yakni Franklin Firdaus dan Locca Chandra, Selasa (21/12).
Ada sekitar 12 karya termasuk karya lukis digital yang dicetak dan lukisan analog (seniman melukis pada media kanvas menggunakan cat warna) yang dipamerkan hingga 4 Januari 2022.
Disamping menyajikan karya lukis, para seniman juga melakukan demo melukis digital, melukis cukil dan melukis seperti biasa. Demo seni ini menjadi atraksi wisata yang sangat menarik, sehingga wisatawan secara bergiliran menyaksikan atraksi seni tersebut. Pameran ini menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Franklin Firdaus mengatakan, Whoa!Frank, art charity programme ini untuk memperkenalkan bertemunya seni digital dan analog yang sangat potensial kedepannya.
Banyak seniman yang mengalami kesusahan untuk memperkenalkan karya mereka ke the next level think. Apalagi disaat pandemi ini.
Kebanyakan, para seniman itu berkarya dan mungkin mereka tidak tahu bagaimana bisa menjual karyanya atau memberikan kontribusi lebih luas atau memperluas jaringan mereka.
“Kami di Whoa!Frank ini dapat memberikan platform buat seniman-seniman di Bali. Bukan hanya berupa digital, tetapi juga analog bisa berupa lukisan, bisa berupa fotografi, bisa berupa patung dan lainnya yang memang terlahir dari emosi, terlahir dari jiwa seni,” bebernya.
Platform Whoa!Frank ini sangat membantu kesejahteraan para seniman sebagai penghasil karya itu. Sebab, setiap karya yang terjual, para seniman itu akan mendapatkan royalti dari karya yang telah dilahirkannya.
Berapa kalipun, karya seni lukis itu terjual, maka sekian kali itu si seniman mendapatkan royalti. Berbeda dengan sebelumnya, ketika karya seni itu laku, si seniman hanya mendapatkan hasil penjualan saja, tidak mendapatkan royalti.
“Di Whoa!Frank ini, seniman hanya membuat karya saja, tidak perlu memikirkan cara menjualnya, karena platform ini yang melakukan semua itu,” ujar Locca Chandra.
Platform ini, tegas Franklin Firdaus kembali juga memberikan kontribusi kembali ke Bali sebagai rumah para seniman penghasil karya itu. Artinya, hasil dari penjualan dari karya seniman itu sebagian diberikan lagi ke Bali.
Untuk hasil penjualan ini sebagian akan diberikan kepada masyarakat berupa sumbangan baik berupa uang maupun barang-barang yang dibutuhkan melalui organisasi Chance to Change, maupun panti asuhan dan panti jompo.
“Intinya, untuk charity ini hasil penjualan kita ambil sekian persen, dan donasi kita serahkan langsung ke organisasi tersebut, entah itu berupa barang yang saat itu dibutuhkan mereka atau dalam bentuk uang,” ujar Franklin Firdaus mengakhiri. (Tim)