MANGUPURA, lintasbali.com -Workshop bertema sertifikasi usaha akomodasi dengan skema Global Sustainable Tourism Council (GSTC) digelar di Swiss-Belhotel Rainforest Kuta, Bali, pada Rabu, 6 Agustus 2025. Acara ini secara resmi dibuka oleh Kepala Bidang Industri Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Ketut Yadnya, S.S., M.Par, yang hadir mewakili Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh PT TUV Rheinland Indonesia bekerja sama dengan Association of Hospitality Leaders Indonesia (AHLI), serta mendapat dukungan dari berbagai asosiasi usaha akomodasi di Bali, seperti PHRI BPD Bali, BHA, BVA, dan UHA.
Ketua Panitia Workshop, Bagus Teja, dalam laporannya menyampaikan bahwa acara ini diikuti oleh 102 peserta yang terdiri dari para General Manager (GM) serta perwakilan hotel anggota asosiasi dari berbagai destinasi wisata di Bali, termasuk Nusa Penida dan Lembongan.
Dalam sambutan yang dibacakan oleh Kabid Industri Disparda, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya workshop ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini selaras dengan misi Pemerintah Provinsi Bali dalam konsep pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
“Nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi sumber daya pariwisata Bali harus senantiasa dijaga, dirawat, dan disucikan. Prinsip keberlanjutan menjadi komitmen utama dalam pengelolaan usaha pariwisata. Oleh karena itu, sertifikasi yang mendukung prinsip ini sangat penting dalam mewujudkan pariwisata budaya Bali yang berkualitas dan berkelanjutan,” ujar I Ketut Yadnya.
Wakil Ketua Bidang SDM dan Sertifikasi PHRI BPD Bali, Dr. I Made Sudjana, S.E., M.M., CHA., CHT., juga menyampaikan dukungannya terhadap upaya sertifikasi usaha akomodasi berbasis keberlanjutan.
“Sertifikasi bukan hanya sekadar prestise, tetapi merupakan wujud nyata dari kesadaran kolektif pelaku usaha dalam mendukung tujuan jangka panjang: mewujudkan pariwisata Bali yang berkualitas, berdaya saing global, dan berkelanjutan. PHRI Bali tentu mendukung penuh upaya ini dan mendorong hotel-hotel untuk meraih rekognisi global melalui sertifikasi berstandar internasional seperti skema GSTC,” tegasnya.
Salah satu narasumber workshop, Ketut Swabawa, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum DPP AHLI dan Certified Professional in Sustainable Tourism dari GSTC, menyoroti pentingnya transformasi dalam industri perhotelan.
“Perubahan tren wisata global yang dipengaruhi oleh kemajuan zaman, kesadaran sosial, serta perilaku wisatawan, menunjukkan peningkatan minat terhadap akomodasi yang ramah lingkungan. Kini, banyak hotel, resor, dan vila berlomba-lomba menawarkan konsep hijau sebagai strategi pemasaran. Namun, untuk benar-benar mendapat pengakuan, langkah berikutnya adalah menjadi certified sustainable hotel. Skema GSTC memberikan pengakuan global terhadap empat pilar utama: pengelolaan yang efektif, manfaat sosial ekonomi lokal, pelestarian budaya, dan konservasi lingkungan,” jelas Swabawa.
PT TUV Rheinland Indonesia, sebagai lembaga sertifikasi internasional yang berbasis di Jerman dan telah berdiri sejak tahun 1872, telah beroperasi di Indonesia sejak 1996 dan memiliki lisensi untuk melaksanakan sertifikasi skema GSTC di kawasan Asia Pasifik.
President Director PT TUV Rheinland Indonesia, I Nyoman Susila, yang hadir bersama timnya Ali Mansyur dan Sang Ayu Listyawati mengungkapkan harapannya agar workshop ini menjadi forum diskusi yang produktif.
>“Kami berharap kegiatan hari ini dapat meningkatkan pemahaman para peserta terkait sertifikasi GSTC. Auditor kami, Bapak Ali Mansyur, akan memaparkan detail proses sertifikasi dalam sesi workshop dan diskusi,” ujarnya. (AR)