DENPASAR, lintasbali.com – Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) DPD Bali sejak akhir Maret lalu telah mengusulkan agar diadakan berbagai kesiapan khususnya bagi pekerja non formal yang ada di destinasi wilayah zona hijau yang ditetapkan pemerintah yakni Sanur, Nusadua dan Ubud.
Dr.(C) I Made Ramia Adnyana, SE.,MM.,CHA selaku Ketua Umum DPD MASATA Bali menyampaikan bahwa masyarakat di wilayah zona hijau masih belum paham benar kriteria yang mesti dicapai.
“Zona hijau baru menjadi konsumsi informasi pekerja pariwisata atau pelaku industri, mereka telah terapkan standar prokes yang ketat, sertifikasi CHSE hingga vaksinasi dan menerapkan SOP baru menyambut paradigma baru pariwisata sebagai dampak dari pandemi. Namun hal itu belum menyentuh masyarakat non formal pariwisata, jadi ini mesti diatensi,” kata Ramia asal Karangasem yang juga Wakil Ketua KADIN Bali bidang Akomodasi dan Destinasi Pariwisata ini.
Berangkat dari hal tersebut, Ramia Adnyana memerintahkan Ketut Swabawa, CHA, Sekjen MASATA Bali untuk membangun kolaborasi dengan lembaga lain agar dapat melaksanakan program kesiapan masyarakat di zona hijau.
“Harapan pak ketua sangat jelas yaitu wacana open international border pada Juli nanti jangan sampai gagal akibat green zone gagal memenuhi syarat yang diharapkan semua pihak. Jadi semua harus bergerak bersama-sama sesuai ranahnya dengan tujuan yang sama yakni mengupayakan tenaga kerja hampir 76ribuan itu bekerja kembali dan ekonomi bangkit,” kata Swabawa saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (8/6/2021).
Ketut Swabawa sudah melakukan pertemuan dengan Kemenparekraf dan akhirnya melalui Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata pada Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan dilaksanakan fasilitasi bimbingan teknis standar CHSE dan adaptasi kebiasaan baru pada 2-4 Juni 2021 lalu berturut-turut di Ubud, Nusadua dan Sanur.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Kemenparekraf yang telah membantu memfasilitasi kegiatan ini dalam mewujudkan masyarakat non pariwisata di zona hijau semakin sadar dan berupaya mewujudkan kriteria zona hijau itu sendiri,” ujar Swabawa.
Dalam sambutan pembukaan, Deputi SDK Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya menyampaikan bahwa Bali merupakan atensi prioritas pemerintah pusat dalam pemulihan masa pandemi ini.
“Di pusat kami selalu mencari celah terbaik untuk membantu Bali, karena kami sadar kontribusinya di saat normal dulu sangat besar sekali. Jadi jangan khawatir pada upaya kami, Bali adalah prioritas. Bahkan jika Bali telah bangkit maka daerah lain akan ikut terangkat. Tinggal bagaimana sekarang masyarakat bisa benar-benar taat menerapkan protkes dan CHSE dalam kehidupan sehari-hari. Pekerja seni dan kreatif, tenaga kebersihan, pedagang , penjaga pantai dan lainnya juga harus teredukasi dengan baik akan hal ini,” kata Deputi asal Mengwi, Badung ini.
Kegiatan itu diikuti oleh pekerja seni dan ekonomi kreatif, pengrajin, pedagang sovenir, pengelola sanggar (Ubud 02/06), pekerja pantai dan wisata bahari (Nusadua 03/06) dan pengelola desa wisata penyokong destinasi Sanur (Sanur 04/06) menghadirkan nara sumber I Ketut Swabawa, CHA dan I Nyoman Astama,SE.,MM.,CHA (Ubud) dengan topik Peranan Masyarakat dalam membangun Kepercayaan Publik dan Pelayanan Prima Berbasis CHSE dalam pariwisata budaya, I Ketut Swabawa, CHA dan Dr.(C) Made Arya Astina, SS.,M.Hum.,CHE (Nusadua) dengan topik Peranan Masyarakat Wisata Bahari dalam membangun kepercayaan publik dan Pelayanan prima berbasis CHSE dalam wisata bahari serta I Ketut Swabawa dan Made Mendra Astawa, S.Tr.Par (Sanur) dengan topik Pelestarian Kearifan lokal dalam pariwisata budaya di pedesaan dan Sistem Tata Kelola Desa Wisata di Adaptasi Kebiasaan Baru. (SW)