Ida Bagus Purwa Sidemen, 50, mengawali karir di industri pariwisata sejak tahun 1990. Setamatnya sekolah di SMA Negeri 3 Denpasar, lelaki yang sering disapa Gus Purwa memilih menempuh Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) jurusan Desain Interior di Universitas Udayana pada tahun 1988 karena memiliki bakat menari dan menggambar. Demi mencukupi kebutuhan kuliahnya, Gus Purwa yang hanya diberi bekal oleh orang tuanya sebesar Rp 25 ribu, berinisiatif mencari tambahan penghasilan bersama rekan-rekan mahasiswa seni rupa lainnya.
Tanpa disengaja setelah liburan panjang semester, Gus Purwa diajak oleh teman-teman ke Nusa Dua. Saat itu ada kantor konsultan sekaligus bergerak di bidang kontraktor dari Jakarta sedang mengerjakan proyek pembangunan hotel membutuhkan tenaga drafter (tukang gambar) bidang desain interior. Awalnya Gus Purwa tidak tertarik dengan pekerjaan itu. Hanya kesempatan jalan-jalan ke Nusa Dua yang dicarinya.
Dari niat hanya ikut-ikutan saja ke Nusa Dua, pimpinan kantor kontraktor tersebut meminta Gus Purwa untuk testing menggambar (membuat sketsa sebuah konsep interior) sekaligus wawancara. Dengan persiapan seadanya, Gus Purwa berhasil membuat pihak kontraktor terkesima dengan hasil gambarnya. Dan saat itulah Gu Purwa mulai bekerja sebagai tenaga drafter di kantor kontraktor tersebut.
Mengawali dari posisi paling rendah yaitu sebagai seorang drafter, Gus Purwa memiliki keinginan kuat untuk terus belajar guna mendapatkan gaji yang diinginkan untuk membiayai pendidikannya. Hari demi hari berlalu. Gus Purwa mulai menemukan ritme kerjanya sebagai seorang drafter. Dengan penghasilan yang didapatkan di pekerjaan tersebut, Gus Purwa dapat membantu kedua adik kandungnya yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Udayana Jurusan Arsitektur dan STIMI Bali. Hal ini dikarenakan orang tuanya sudah tidak bisa membiayai biaya kuliah kedua adiknya.
Sejak 1990 hingga 1994 Gus Purwa mulai meniti karir di Jakarta, masih di perusahaan yang sama hingga 1998. Dari posisi awal sebagai drafter, kemudian meningkat menjadi Supervisor, Chief Supervisor (Surabaya), Studio Manager (Jakarta), Project Koordinator (Medan & Bali). Tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 Gus Purwa berkesempatan bekerja pada sebuah perusahaan asing di Guam USA.
Perjalanannya di dunia kerja tidak mulus. Setelah 3 tahun bekerja diluar Bali, keinginannya memiliki bisnis sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya tertunda akibat serangan Bom Bali untuk kedua kalinya dimana pariwisata mulai goyah saat itu. Sampai akhirnya Gus Purwa mendapat kesempatan untuk bergabung sebagai Project Coordinator di Bali Tourism Board (kini GIPI Bali) oleh Ketua BTB saat itu yaitu Bagus Sudibya. Tantangannya hebat yaitu dilibatkan langsung dalam project recovery Bali akibat serangan Bom Bali dibawah pimpinan Wiwin Suyasa selaku Direktur Eksekutif BTB saat itu. Disinilah Gus Purwa mulai berkecimpung di bidang pariwisata.
Hngga tahun 2007, Gus Purwa kemudian diberikan kesempatan mengikuti sertifikasi di bidang MICE dari Kementerian Pariwisata dan DPD SIPCO Bali. Hasilnya berhak atas sertifikat MICE setelah lulus ujian. Dengan sertifikat MICE yang dimilikinya, dari tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2010 Gus Purwa bergabung dengan perusahaan Nusa Dua Bali Convect yang bergerak dibidang MICE dengan posisi Manajer.
Dengan pekerjaannya tersebut, Gus Purwa tidak mau ilmunya hanya sebatas itu saja. Kemudian melanjutkan pendidikan S1 dengan mengambil program studi Filsafat Agama Hindu dan studi S2 bidang Ilmu Agama dan Kebudayaan di Universitas Hindu Indonesia. Dan saat ini masih menempuh studi S3 bidang Ilmu Agama dan Kebudayaan di kampus yang sama. Dengan pendidikan yang dimilikinya, mulai tahun 2011 Gus Purwa diberikan kesempatan mengajar di UNHI dan STPBI Denpasar pada tahun 2016.
Melihat pendidikan dan kemapuannya saat itu, Gus Purwa diberikan kesempatan untuk ikut bergabung sebagai salah satu pengurus PHRI (Persatuan Hotel & Restoran Indonesia) Daerah Bali dengan posisi Direktur Esekutif. Saat itu BPD PHRI Bali dipimpin oleh Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) yang merupakan Wakil Gubernur Bali saat ini. “di PHRI Bali saya mendapat kesempatan untuk memberikan penguatan kesekretariatan PHRI sebagai salah satu stakeholder pariwisata di Bali”, tutur suami dari Ida Ayu Kade Mahartini.
Kementerian Pariwisata RI memberikan pelatihan bagi insan pariwisata untuk menjadi auditor bidang kepariwisataan dalam rangka menerapkan standar usaha pariwisata di Indonesia sejak tahun 2014. Tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Gus Purwa pun mengikuti pelatihan tersebut dan pada akhirnya diberikan kepercayaan sebagai Direktur Operasional Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata Bali Mandiri (LSU PBM). Sertifikat auditor yang dimilikinya saat ini lebih spesifik sebagai auditor sistem manajemen pengamanan hotel, standar usaha hotel, standar usaha villa, HACCP, standar usaha spa, dan standar usaha kawasan pariwisata. Bahkan sertifikat yang diperolehnya saat ini, yaitu sertifikat auditor kawasan pariwisata (2019) adalah sebagai satu-satunya auditor Kawasan Pariwisata yang ada di Bali.
Sejak tahun 2018, Gus Purwa juga diajak oleh Yayasan Tri Hita Karana Bali sebagai salah satu assesor THK bidang Parhyangan yang memiliki tugas mengassesment seluruh peserta THK Awards mulai dari Hotel, Daya Tarik Wisata, Kantor Pemerintahan, Kampus dan Sekolah kurang lebih sebanyak 180 lokasi.
Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si saat ini dikaruniai 3 oang anak. “Mereka sangat saya cintai dan mereka senantiasa memberikan dukungan pada bidang kerja yang saya lakoni saat ini”, kata Gus Purwa saat ditemui di kantornya. Dengan berpegang teguh pada kejujuran Gus Purwa bisa menghadapi berbagai cobaan serta hambatan bersama istri dan anak-anaknya disertai juga doa dari kedua orang tua menjadi hal penting dan utama dalam kehidupanya.
Gus Purwa dilahirkan dari keluarga seniman. Ayahnya bernama Ida Bagus Pudja merupakan seniman tari topeng, dalang sendratari, penabuh, pelukis dan seniman sastra Bali. Sedangkan Ibunya Desak Ketut Tirtawati merupakan seorang penari condong pada pementasan Tari Arja sejak dulu. Ayahnya mulai mengajarkan menabuh gamelan dan menari Bali sejak Gus Purwa masih berusia 5 tahun hingga Sekolah Dasar. Kedua adiknya juga memiliki bakat dan jiwa seni yang bagus, baik sebagai penari maupun penabuh dan pelukis. Hal ini berlanjut hingga Gus Purwa memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pada tahun 1985, kedua orang tuanya mendirikan Sanggar Tari Tirtapudja di Kabupaten Klungkung. Orang tua Gus Purwa telah mendapatkan penghargaan sebagai seorang “Seniman Tua” oleh Gubernur Bali atas nama Pemerintah Provinsi Bali. Bakat seni yang dimiliki kedua orang tuanya, mengalir darah seni pada tubuh Gus Purwa dan sampai saat ini masih aktif sebagai seorang penari, khususnya Tari Topeng Sidakarya.
Disela-sela kesibukannya yang padat, Gus Purwa dengan segudang kemapuan uang dimilikinya juga sering diminta memberikan Dharma Wacana oleh beberapa lembaga, institusi dan perusahaan di Bali. Hal ini menjadikannya pribadi dengan prinsip bahwa merupakan kewajiban selaku seorang pendidik bidang ilmu agama, untuk kemudian disebar luaskan melalui Dharma Wacana kepada masyarakat Hindu di Bali.
Banyak masyarakat Hindu Bali yang sangat membutuhkan informasi terkait pendidikan keagamaan. “Saya sering memberikan Dharma Wacana di masyarakat, dengan tema terkait berbagai hal dalam menjalani kehidupan beragama, dan juga khususnya bagi masyarakat pariwisata (hotel) dalam upaya mempertahankan ajaran agama Hindu serta melestarikan tradisi adat dan budaya Bali”, tutur Gus Purwa.
Dengan motto hidupnya yaitu “kerjakanlah segala sesuatunya dengan ketulusan dan lakukan sebaik-baiknya serta jangan mengharapkan hasil, karena hasil itu adalah sebuah keniscayaan”, kini Ida Bagus Purwa Sidemen menjelma sebagai sosok panutan keluarga dan tokoh masyarakat yang pro aktif dalam perjalanan pembangunan pariwisata dan kebudayaan di Bali.