Istilah Tri Hita Karana, secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tiga penyebab kebahagiaan. Tri Hita Karana merupakan ajaran yang mengajarkan agar manusia mengupayakan kebahagiaan dari hubungan yang seimbang dan harmonis antara manusia dengan sang Pencipta (parahyangan), antara manusia dengan alam lingkungannya (palemahan), dan antara manusia dengan sesamanya (pawongan).
Dunia kepariwisataan di Bali, yang berbasis pada pariwisata budaya, menjadikan Bali sebuah destinasi pariwisata yang terkenal di seluruh dunia. Budaya Bali memiliki keunggulan dan keunikan yang tidak bisa dicarikan bandingannya. Inilah yang menjadikan Bali hingga kini masih bisa menjaga dengan baik alamnya, juga antar sesamanya. Seluruh ikatan emosi manusia Bali, berdasar pada ikatan spiritual yang kuat antar sesama dalam menjaga, menyelaraskan dan memanusiakan alamnya, dan memuja Tuhan-nya sebagai pelindung dan kuasa atas segala isi dan ciptannya.
Asal usul munculnya istilah Tri Hita Karana berawal dari upaya peningkatan perhatian umat Hindu di Indonesia melalui beberapa tokohnya, dengan istilah awal adalah Urip, Bhuwana, Manusa. Dalam beberapa waktu singkat berikutnya istilah tersebut berubah menjadi Widhi, Bhuwana, Manusa. Landasan filosofi Tri Hita Karana adalah Bhagawadgita III.10, yang menitikberatkan pada tiga unsur yang dinyatakan saling beryajna. Ketiga unsur tersebut adalah Prajapati (Tuhan), Praja (pemerintahan/manusia), dan Kamadhuk (alam semesta).
Pada sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana (1969), dibuat rumusan Tri Hita karana dengan unsur-unsurnya yaitu Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Parahyangan adalah sebagai media menghubungkan diri dengan Tuhan, Palemahan adalah membangun hubungan penuh kasih kepada alam lingkungannya, dan Pawongan adalah media untuk membangun hubungan harmonisasi dengan sesama manusia (Wiana, 7:2007).
Tri Hita Karana adalah sebuah filosofi hidup atau jalan hidup untuk mensukseskan tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan. Dalam ajaran agama Hindu disebutkan bahwa tujuan hidup manusia yaitu mencapai kehidupan bahagia dengan jalan yang di sebut Catur Purusa Artha (empat jalan hidup), terdiri dari Dharma, Artha, Kama Moksa. Tri Hita Karana, konsep ajaran hidup yang tidak lekang oleh waktu, masih sangat relevan untuk diimplementasikan di era millenium saat ini.
Tri Hita Karana juga adalah sebuah upaya menciptakan tiga wujud hubungan hidup sebagai suatu kesatuan yang dapat membentuk iklim hidup harmonis. Dengan terciptanya iklim atau suasana hidup dengan tiga dimensi keharmonisan itu akan menjamin terlaksananya upaya untuk mewujudkan tujuan hidup bahagia, berdasarkan Dharma, Artha, Kama, Moksa (Catur Purusa Artha).
Tri Hita Karana Award, salah satu gagasan dan implementasi dalam menakar wujud kepedulian dunia industri pariwisata, pendidikan, dan instansi lainnya dalam menjalankan konsep Tri Hita Karana. Sejak tahun 2000 hingga kini masih berjalan dengan baik dan program THK Award ini diikuti oleh berbagai lembaga, baik swasta maupun pemerintahan. Apa yang dicari dan bisa diukur dengan memberikan penghargaan kepada mereka-mereka melalui Tri Hita Karana Award ini ? Yang pasti mereka yang telah menerima penghargaan dan pengakuan (recognition) inilah yang sudah berkomitmen dan menyatakan diri mendukung dan pengimplementasi THK pada ruang lingkup mereka sendiri seperti hotel, sekolah, kawasan wisata, dll.
Komitmen mereka terukur dengan parameter yang jelas dan sudah ditentukan serta dijadikan acuan kesepakatan oleh para juri saat menilai kelapangan. Ketiga bidang yaitu Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan menjadi unsur utama penilaian dengan sub-unsur yang disesuaikan. Para peraih penghargaan ini tentunya diharapkan bisa tetap mempertahankan bahkan meningkatkan hasil raihannya pada periode-periode berikutnya. Memang semuanya belum bisa menjadi jaminan sepenuhnya bahwa konsep dan filosofi THK bisa dijalankan dengan baik. Tetapi upaya recognition THK Award ini merupakan langkah nyata dan menjadikan THK tidak saja pada tataran konsep dan teori namun sudah dimplemetasikan.
Dengan upaya ini, diharapkan arah dan tujuan mempertahankan Bali tetap harmonis baik dari sisi hubungan manusianya, budaya, dan alamnya bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan (sustainable). Tidak ada konsep yang bisa berjalan dengan baik apalagi berkelanjutan kalau tidak ada upaya nyata dalam tahap implemetasinya. Langkah kecil tetap memberikan arti pada tahap capaian besar berikutnya.
Dari sisi penyelenggara, perbaikan-perbaikan baik dari sisi unsur persyaratan peserta, sistem penilaian maupun penjurian (asesor) harus senantiasa dilakukan updating dan perbaikan mutu. Melalui THK Award ini diharapkan wujud nyata dan langkah mempertahankan Bali sebagai daerah pariwisata dengan ikon budayanya, bisa bertahan dan tetap dikenal dunia hingga akhir zaman. Semoga !
Ditulis oleh :
Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si
Direktur Eksekutif PHRI Bali
Dosen UNHI Denpasar
Dosen STPBI
Pengurus Forum Komunikasi Desa Wisata Prov. Bali